Tarif hotel terimbas kenaikan harga BBM

id tarif hotel yogya

Tarif hotel terimbas kenaikan harga BBM

Salah satu kamar hotel di Yogyakarta (Foto Dok. ANTARA)

Jika tamu hotel berkurang, maka hotel bisa melakukan strategi lain"

Jogja (ANTARA Jogja) - Tarif hotel khususnya berbintang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diperkirakan akan terkena imbas kenaikan harga bahan bakar minyak. 

"Diperkirakan nantinya tarif hotel akan naik lima hingga 10 persen, untuk penyesuaian apabila pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, pengusaha hotel harus membuat penyesuaian-penyesuaian biaya operasional, dengan menaikkan tarif hotel jika BBM benar-benar dinaikkan," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta Istidjab Danunagoro, di Yogyakarta, Sabtu.

Menurut dia, kenaikan tarif hotel tidak akan dilakukan bersamaan saat pemerintah menaikkan harga BBM, tetapi dipilih waktu yang lebih tepat, yaitu saat puncak kunjungan wisata ke DIY.

Periode kunjungan wisatawan ke Provinsi DIY bisa dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu "low season", "high season", dan "peak season". "Low season" biasanya terjadi di tiga bulan pada awal tahun, sedangkan "high season" dimulai pada April, kemudian "peak season" akan dimulai saat libur sekolah atau Juni.

"Kemudian akan ada `low season` kembali saat bulan puasa, `high season` pada November, dan `peak season` pada Desember. Sehingga, jika akan menaikkan tarif, maka akan ditunggu sekitar Juni," katanya.

Selain akan melakukan opsi menaikkan tarif hotel, sejumlah upaya lain juga akan dilakukan di internal pengusahan hotel, di antaranya melakukan penghematan penggunaan BBM.

Saat hotel belum menaikkan harga, tetapi pemerintah sudah menaikkan harga BBM, maka hotel bisa melakukan sejumlah opsi, seperti menghilangkan bonus yang kerap diberikan kepada tamu.

"Jika memang tamu hotel berkurang, maka hotel juga bisa melakukan strategi lain, seperti menyewakan ruang-ruang pertemuan yang ada," katanya.

Selain itu, ia juga mengatakan perlu menggencarkan promosi bekerja sama dengan pelaku pariwisata serta pihak lainnya seperti Asita dan Dinas Pariwisata DIY, serta Dinas Pariwisata kota maupun kabupaten lain.

"Promosi harus terus dilakukan, baik ke dalam atau ke luar negeri. Sudah ada rencana promosi ke luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand," katanya.

Tujuan promosi tersebut untuk memperbesar "kue" bagi pengusaha hotel, karena selama 2011 sudah ada tambahan 13 hotel baru di DIY dengan tambahan kamar sebanyak 900.

Saat ini hotel berbintang di Yogyakarta sebanyak 44 hotel, dan hotel melati sekitar 700 hotel.

Hingga Maret ini, okupansi hotel berbintang rata-rata antara 60-65 persen, sedangkan selama 2011 rata-rata okupansi hotel berbintang sekitar 70 persen.(E013)