Disdik Yogyakarta antisipasi potensi tawuran pelajar

id tawuran

Disdik Yogyakarta antisipasi potensi tawuran pelajar

Pelajar tawuran (antaranews.com)

Jogja (ANTARA Jogja) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk mencegah munculnya tawuran antarpelajar di wilayah tersebut.

"Potensi adanya tawuran pelajar di Yogyakarta tetap ada, tetapi frekuensi dan kualitasnya tidak terlalu besar dibanding daerah lain," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Budi Ashrori di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, potensi terjadinya tawuran antarpelajar di Kota Yogyakarta disebabkan jumlah sekolah yang cukup banyak dan lokasinya yang saling berdekatan.

Potensi munculnya tawuran pelajar tersebut, lanjut Budhi, biasanya terjadi di jenjang sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Jumlah SMP di Kota Yogyakarta tercatat 16 SMP negeri dan 57 SMP swasta, sedang SMA negeri sebanyak 11 sekolah, tujuh SMK negeri, 39 SMA swasta dan 21 SMK swasta.

Upaya antisipasi yang telah dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk mencegah munculnya tawuran pelajar adalah menjalin kerja sama dengan aparat kepolisian dan Dinas Ketertiban setempat untuk melakukan operasi penertiban di lokasi yang ditengarai kerap menjadi lokasi tawuran.

"Untuk aparat kepolisian sudah diminta melakukan pembinaan di sekolah-sekolah setiap Senin. Aparat kepolisian itu menjadi pembina upacara sekolah," katanya.

Budi mengatakan, upaya pencegahan tawuran pelajar juga dilakukan dengan melakukan razia sepeda motor untuk siswa SMP yang memang masih dilarang mengendarai sepeda motor karena belum memiliki surat izin mengemudi (SIM).

Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan dan Olah Raga DIY Baskara Aji mengatakan, potensi terbesar untuk terjadi tawuran antar pelajar adalah di Kota Yogyakarta dibanding empat kabupaten lain di DIY.

"Kota Yogyakarta memiliki banyak sekolah dengan jarak yang tidak terlalu jauh di samping kondisi sosial yang lebih beragam," katanya.

Upaya untuk mencegah terjadinya tawuran pelajar, lanjut Baskara, adalah dengan mengintensifkan pendidikan karakter yang bisa diintegrasikan dengan sejumlah mata pelajaran lain di sekolah.

"Kegiatan ekstra kurikuler yang dilakukan secara menyenangkan dan menguras banyak energi siswa, juga harus diperbanyak. Karenanya, kelebihan energi itu bisa disalurkan pada kegiatan positif, bukannya untuk berkelahi," katanya.

(E013)