Ancaman erosi di lereng Merapi relatif kecil

id material vulkanik

Ancaman erosi di lereng Merapi relatif kecil

Ilustrasi material vulkanik Merapi (antarafoto.com)

Jogja (ANTARA Jogja) - Material vulkanik erupsi Gunung Merapi 2010 yang menimbun sejumlah dusun di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman,  sudah mengeras dan lebih stabil sehingga ancaman terjadi erosi atau longsor pada musim hujan relatif kecil.

"Saat ini timbunan material vulkanik di Dusun Kaliadem, Petung, Jambu maupun dusun lainnya sudah mengeras dan lebih stabil, sehingga ancaman longsor akibat terbawa air hujan relatif kecil," kata Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto, Senin.

Menurut dia, pada 2010 dan 2011 timbunan material vulkanik di sejumlah dusun tersebut yang mencapai ketinggian hingga tiga meter masih belum keras sehingga saat turun hujan deras banyak material hanyut terbawa air.

"Material yang hanyut tersebut ada yang mamsuk ke aliran Sungai Opak maupun Sungai Gendol dan mengakibatkan banjir lahar dingin dan sempat merusak sejumlah infra struktur, namun saat ini kondisinya sudah lebih stabil," katanya.

Selain itu, katanya, saat ini penghijauan di kawasan tersebut juga mulai tumbuh dengan baik sehingga sangat membantu menghambat terjadinya longsor.

"Pohon-pohon penghijauan meski belum optimal juga sudah tumbuh baik dengan ketinggian sekitar setengah meter, sehingga ini juga membantu mencegah longsor," katanya.

Heri mengatakan, untuk potensi banjir lahar dingin di wilayahnya saat ini cenderung lebih aman, karena sejumlah sungai berhulu Gunung Merapi sudah dilakukan normalisasi.

"Saat ini kedalaman Sungai Gendol sudah berkisar 20 hingga 30 meter dan sudah membentuk aliran yang diperkirakan mampu menampung material yang terbawa banjir sehingga tidak meluap. Sedangkan aliran Sungai Opak yang juga telah dilakukan normalisasi secara manual tanpa alat berat juga diperkirakan mampu menampung aliran banjir," katanya.

Direktur Pusat Studi Bencana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Junun Sartohadi menilai potensi banjir lahar dingin dari puncak Gunung Merapi yang diperkirakan terjadi pada musim hujan sudah tidak terlalu berbahaya.

"Banjir lahar dingin yang diperkirakan terjadi masih dalam tataran aman dan tidak terlalu membahayakan. Banjir lahar dingin pada awal 2011 pascaerupsi tidak bisa disamakan dengan potensi yang diperkirakan terjadi pada tahun ini," katanya.

Ia mengatakan, saat ini material lahar dingin di puncak Gunung Merapi sudah luruh secara alami melalui aliran air serta proses pengambilan material lahar dingin yang dilakukan masyarakat juga cukup masif dibandingkan pada 2011.

"Kalau dulu di awal 2011 kan masyarakat belum terlalu berani untuk mengambil karena mereka masih trauma dengan letusan," katanya.

Junun mengatakan, selain itu secara ilmiah material yang tersisa selama dua kali musim hujan sudah mengalami "litifikasi" (pembatuan) sehingga menjadi padat dan relatif stabil.

"Karena ada proses litifikasi maka material lahar dingin menjadi stabil dan tidak bergerak saat curah hujan normal,"katanya.
(V001)