Kurikulum muatan lokal Yogyakarta diimplementasikan 2013/2014

id kurikulum muatan lokal

Kurikulum muatan lokal Yogyakarta diimplementasikan 2013/2014

Siswa belajar membatik (Foto ANTARA)

Yogyakarta, 14/12 (ANTARA) - Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sudah menyiapkan kurikulum muatan lokal, berupa pelajaran seni tari, seni karawitan dan membatik yang akan diimplementasikan mulai tahun ajaran 2013/2014 atau bersamaan dengan pelaksanaan kurikulum 2013.

"Saat ini, kurikulum muatan lokal itu sedang diverifikasi di Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. Diharapkan, kurikulum itu sudah bisa digunakan mulai tahun ajaran mendatang," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana di Yogyakarta, Jumat.

Menurut Edy, pembuatan kurikulum muatan lokal yang terdiri dari seni tari, seni karawitan dan membatik tersebut lebih ditujukan untuk terus mengenalkan dan melestarikan budaya lokal Yogyakarta.

Implementasi dari kurikulum tersebut akan dimulai dari jenjang Taman Kanak-Kanak (TK) hingga SMA atau sederajat yang ada di Kota Yogyakarta, dengan bobot yang disesuaikan untuk masing-masing jenjang pendidikan.

"Di Yogyakarta, sudah banyak sekolah yang menjadi `Cambridge Center`. Jangan sampai, akar budaya lokal Yogyakarta ini tercerabut dari masyarakat Yogyakarta. Ini juga untuk menanamkan karakter pada siswa," katanya.

Meskipun di dalam kurikulum muatan lokal tersebut terdapat tiga jenis pelajaran, namun tiap sekolah hanya wajib menjalankan satu pelajaran saja. "Jika sekolah mau menjalankan ketiga-tiganya, maka akan lebih baik. Tetapi siswa hanya diwajibkan mengikuti satu pelajaran saja," katanya.

Edy mengatakan, sebelumnya akan memasukkan seni kerajinan perak dalam kurikulum muatan lokal tersebut, namun karena diperkirakan akan ada kesulitan dalam pelaksanaannya, maka seni kerajinan perak tersebut akan diterapkan secara bertahap.

"Untuk seni tari, karawitan dan membatik, tidak ada kesulitan sumber daya manusia yang akan memberikan materinya sehingga bisa dilakukan," katanya.

Saat ini, lanjut Edy, hampir seluruh sekolah di Kota Yogyakarta sudah memiliki fasilitas untuk melaksanakan kurikulum muatan lokal tersebut, seperti perangkat gamelan.

"Sekitar 60 persen SMA atau yang sederajat sudah memiliki perangkat gamelan. Bahkan di SMA Negeri 1 Yogyakarta memiliki empat perangkat gamelan," katanya.

Pelaksanaan kurikulum muatan lokal tersebut merupakan implementasi dari Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Yogyakarta Zamroni mengatakan, sekolahnya sudah memberikan pelajaran seni tari meskipun masuk dalam mata pelajaran Pendidikan Seni sedang untuk seni karawitan masuk dalam ekstrakurikuler.

"Untuk batik juga sudah dimulai tahun ini diberikan sejak kelas 1. Batik masuk dalam muatan lokal. Dalam satu pekan, ada dua jam pelajaran membatik," katanya.

Ia berharap, melalui pelajaran membatik tersebut siswa bisa membuat seragam batik sendiri yang digunakan untuk bersekolah.

(E013)