Tanaman kakao Kulon Progo banyak yang mati

id tanaman kakao kulon progo

Tanaman kakao Kulon Progo banyak yang mati

Ilustrasi tanaman kakao yang mati (Foto ditjenbun.deptan.go.id)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Tanaman kakao di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, tidak berproduksi maksimal, dan bahkan banyak yang mati akibat pola tanam yang buruk.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi, Senin, mengatakan, tanaman kakao khususnya di Kecamatan Kalibawang banyak yang mati, dan sebagian tidak berbuah maksimal.

"Setelah kami melihat kondisi tanaman di lapangan yakni pekarangan dan tegalan milik masyarakat, ternyata dalam satu petak tanah ditanami lebih dari lima jenis tanaman yang memiliki sifat yang sama. Sehingga, tanaman tidak dapat berproduksi maksimal, dan banyak yang mati," katanya.

Menurut dia, satu petak lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman atau heterokultur ada kecenderungan produksinya tidak maksimal.

Dia mengatakan tanaman dengan pola heterokulktur menyebabkan terjadinya persaingan, atau kompetisi antartanaman dalam memperoleh unsur hara, persaingan memperoleh udara, dan sinar matahari.

Padahal, kata dia, sebagian besar tanaman di Kulon Progo menganut pola heterokultur yang memiliki sifat sama, seperti menanam pohon rambutan, durian, kakao, kelapa, dan cengkih dalam satu petak tanah.

Selain itu, menurut dia, tanaman membutuhkan jarak tanam yang teratur untuk mengatur sirkulasi udara, dan sinar matahari. Hal ini perlu diperhatikan oleh petani di Kulon Progo.

"Seharusnya tanaman tipe ini menerapkan sistem tumpangsari, dimana tanaman tinggi seperti durian, di bawahnya ditanami empon-empon, sehingga tidak terjadi kompetisi dalam memperolah hara dan sinar matahari," katanya.

Ia mengimbau kepada masyarakat mulai menentukan skala prioritas tanaman yang akan dikembangkan ke depannya. Satu petak tanah tidak boleh lebih dari tiga jenis tanaman yang memiliki sifat yang sama.

"Kami berharap masyarakat menentukan prioritas yang dikembangkan atas dasar tanaman yang memiliki nilai jual tinggi, dan mampu meningkatkan kesejahteraan mereka," katanya.

Petani sekaligus pembudi daya tanaman kakao, Sugito mengatakan banyaknya tanaman kakao yang mati karena masyarakat tidak memperhatikan kebutuhan pangan, dan ketersediaan sinar matahari yang cukup untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman.

"Tanaman kakao membutuhkan sinar matahari yang cukup, dan perawatan seperti pemupukan. Tetapi, dalam pelaksanaannya, masyarakat tidak pernah melakukan pemupukan tanaman, dan membiarkannya begitu saja. Akibatnya, tanaman kakao mati, dan tidak berbuah maksimal," katanya.

Kepala Bidang Perkebunan Dispertan Kulon Progo Muhammad Aris Nugroho mengatakan produksi kakao di kabupaten ini pada 2012 mencapai 1.010,93 ton.

Menurut dia, produksi kakao di Kulon Progo terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2011 produksinya hanya 732 ton,53 ton, pada 2012 meningkat menjadi 1.010,93 ton.

"Peningkatan produksi kakao di Kulon Progo tidak terlepas dari kebijakan program perluasan dan peremajaan tanaman," katanya.

(KR-STR)