Menhut: perlu alternatif mata pencaharian di Puncak

id menhut mata pencaharian

Menhut: perlu alternatif mata pencaharian di Puncak

seorang penjual sekoteng menata dagangannya di kawasan puncak paralayang, Bogor, Jabar, (foto Antara)

Jakarta (Antara Jogja) - Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan perlunya alternatif mata pencaharian warga di kawasan Puncak, Jawa Barat, untuk meminimalisir penggundulan hutan di wilayah tersebut.

Menurut Menhut, sejauh ini masyarakat kawasan Puncak menjadikan pertanian sebagai salah satu komoditas utama sehingga banyak penanaman tanaman sayuran dengan menggunduli hutan di wilayah itu.

"Akibat dari penggundulan hutan, tidak ada resapan air di hulu sehingga air mengalir deras ke Jakarta sebagai hilir, dan berkontribusi pada banjir," kata Menhut Zulkifli Hasan di sela-sela diskusi Penanganan Banjir Jakarta Berbasis Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, di Utan Kayu, Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan perlu dilakukan koordinasi antara pemerintah daerah dan pusat untuk mengambil kebijakan antara hulu dan hilir.

Menurut dia, sebaiknya masyarakat di hulu mengembangkan alternatif pendapatan misalnya dengan mengembangkan peternakan dan industri kreatif yang tidak merusak lahan hutan. Di sisi lain masyarakat hilir yakni Jakarta, Bogor dan sekitarnya juga perlu mentaati ketentuan tata ruang dan tata kelola lahan, misalnya dengan tidak membangun bangunan di daerah aliran sungai (DAS) dan membangun sumur resapan.

"Kita tentu tidak adil jika hanya menyalahkan hilir. Jakarta ini bakatnya banjir, sehingga selain masalah di hulu, masyarakat Jakarta perlu juga mencermati dan mentaati aturan-aturan lingkungan yang ada," kata dia.

Upaya lain yang dapat dilakukan menurut dia, yakni dengan memberlakukan aturan bahwa setiap jarak delapan meter, warga di kawasan hulu yang mengandalkan pertanian, perlu juga menanam tanaman keras seperti pohon pinus atau damar sehingga di wilayah hulu berbasis pertanian tetap memiliki tanaman sumber resapan air.

Pengamat perkotaan Ruang Jakarta (Rujak) Center Elisa Sutanudjaja menilai alternatif mata pencaharian di wilayah hulu dapat menjadi salah satu opsi penanggulangan banjir Jakarta, namun perlu juga dipikirkan dampak atas pemberlakuan alternatif tersebut.

"Kalau masyarakat di hulu tidak lagi menanam sayur, maka pasokan sayur kawasan hilir seperti Jakarta perlu diperhatikan juga. Jangan sampai Jakarta kehilangan pasokan karena warga di hulu tidak lagi menanam sayuran," ujar Elisa.

Elisa mengatakan permasalahan banjir yang melibatkan kawasan hulu dan hilir dapat ditanggulangi dengan melakukan koordinasi antara pemerintah pusat dengan daerah.

"Intinya koordinasi, karena di daerah Eropa ada negara yang antara hulu dan hilirnya berbeda negara, misalnya Swiss. Swiss itu hulunya berada di negara lain, namun mereka bisa berkoordinasi agar ada tata kelola lahan yang baik," ujar Elisa.
(R.P.A. Jingga)