Produksi padi Gunung Kidul 13 ton/hektare

id produksi padi

Produksi padi Gunung Kidul 13 ton/hektare

Ilustrasi, Hasil produksi padi Hibrida di Kabupaten Gunung Kidul, rata-rata mencapai 133 ton per hektare gabah kering panen. (Foto ANTARA/Mamiek)

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Produksi padi Hibrida di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencapai 13 ton gabah kering panen per hektare.

Ketua Kelompok Tani Narto Suwito di Gunung Kidul, Selasa, mengatakan luasan padi Hibrida mencapai 300 hektare yang ditanaman oleh enam gabungan kelompok tani (gapoktan) yakni Ngudi Makmur, Tani Maju, Tri Tunggal Karya, Sari Tani dan Ngudi Rezeki yang berhasil memanen padi Hibrida.

"Kami baru pertama kali menanam padi jenis Hibrida. Meski tergolong pertama, tetapi Alhamdulillah hasil panennya bagus," kata Narto.

Ia mengatakan hasil panen padi Hibrida jauh lebih menguntungkan dibanding padi jenis biasa.

Untuk padi jenis Hibrida, kata dia, setiap hektarenya hanya membutuhkan benih sebanyak 15 kilogram (kg) yang mampu menghasilkan 13 Ton gabah kering panen (gkp).

Sementara varietas padi Ciherang per hektarenya membutuhkan benih sebanyak 25 kg dan menghasilkan rata-rata 9 ton per hektare gkp.

"Selisih panennya mencapai tiga ton. Sehingga kami mendapatkan keuntungan tambahan tiga ton dan benih padi irit 10 kg," katanya.

Meski demikian, kata dia, hasil panen Hibrida tidak bisa digunakan sebagai benih.

"Kekuarangan jenis padi Hibrida ini hanya sekali tanam. Jika ingin menanam harus beli lagi," kata dia.

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Supriyadi mengatakan wilayah Siraman merupakan sebagai proyek percontohan pengembangan padi Hibrida di Gunung Kidul.

"Melihat hasilnya yang memuaskan, kami akan kembangkan di daerah lain,"kata Supriyadi.

Ia mengatakan pengembangan padi Hibrida tidak bisa dilakukan di semua wilayah di Gunung Kidul, karena struktur tanah yang berbeda. Pengembangan akan dilakukan didaerah seperti Kecamatan Playen, Karangmojo, Paliyan, Ngeposari, dan Semin bagian utara.

"Struktur tanah yang berbeda sehingga tidak dikembangkan merata,"katanya.

Terkait tidak bisa dijadikan bibit, ia mengatakan padi jenis Hibrida merupakan hasil perkawinan, sehingga tidak bagus untuk bibit. "Jika digunakan untuk bibit dikhawatirkan tidak bagus," katanya.

(KR-STR)