Yogyakarta (Antara Jogja) - Asosiasi Kelompok Swadaya Masyarakat Sanitasi Seluruh Indonesia saat memperingati Hari Air Sedunia mengajak seluruh masyarakat untuk membuka wawasan agar memiliki kepedulian terhadap air dan sanitasi lingkungan untuk meningkatkan derajat kehidupan.
"Dari data Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), ada sekitar 780 juta orang di dunia dayng tidak memiliki akses pada air bersih, dan sekitar 2,5 miliar orang tidak memiliki akses pada sarana sanitasi yang memadai," kata Ketua Panitia Peringatan Hari Air Sedunia dari Asosiasi Kelompok Swadaya Masyarakat Sanitasi Seluruh Indonesia (Aksansi) di Yogyakarta, Minggu.
Menurut dia, permintaan air bersih dan sarana sanitasi yang memadai akan selalu meningkat dari waktu ke waktu karena jumlah penduduk dunia akan terus meningkat, begitu pula industri.
"Karena itu, sesuai tema peringatan Hari Air Sedunia, yaitu Kerja Sama Air, maka seluruh lapisan masyarakat diajak untuk memiliki wawasan agar peduli pada air dan memastikan sumber daya yang jumlahnya terbatas tersebut bisa memberikan manfaat untuk semua orang," katanya.
Untuk meningkatkan kepedulian pada air, Aksansi menggelar berbagai kegiatan yang diikuti pelajar dari tingkat dasar hingga menengah, seperti lomba melukis dan pidato serta "flash mob".
Di bidang sanitasi, Aksansi juga telah memayungi sebanyak 800 kelompok masyarakat yang mewakili setidaknya 160.000 penduduk perkotaan berpenghasilan rendah untuk mengelola sanitasi berbasis masyarakat.
"Sanitasi yang disediakan berbentuk tempat MCK umum yang terintegrasi dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal. Masyarakat memperoleh bimbingan teknis sehingga sarana tersebut bisa dimanfaatkan secara bekelanjutan. Tidak lantas rusak karena tidak ada tahu bagaimana merawatnya," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kota Yogyakarta Toto Suroto mengatakan, Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul bisa memanfaatkan IPAL Sewon untuk pembuangan limbah rumah tangga.
"Di Kota Yogyakarta, sudah ada sekitar 9.000 sambungan rumah yang memanfaatkan IPAL Sewon," katanya.
Masyarakat, lanjut dia, masih enggan untuk melakukan sambungan ke IPAL Sewon karena malas membayar biaya retribusi setiap bulan, meskipun besaran yang harus dikeluarkan tidak terlalu banyak yaitu Rp3.500.
"Padahal, seluruh pekerjaan penyambungan dilakukan oleh kami. Masyarakat tinggal mengajukan permintaan. Biaya retribusi itu juga lebih murah dibanding perawatan septictank," kata Toto yang mengatakan sudah melakukan sosialisasi mengenai penyambungan ke IPAL Sewon itu.
Sebelumnya Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral DIY, Rani Syamsinarsi mengatakan, target sambungan rumah tangga ke IPAL Sewon hingga akhir 2014 adalah 25.000 sambungan. Namun, hingga akhir 2012 baru ada sekitar 14.000 sambungan.
"Khusus di Kota Yogyakarta dengan tingkat kepadatan cukup tinggi sekitar 12.000 hingga 14.000 jiwa per hektare, sudah seharusnya memanfatakan IPAL Sewon ini," katanya.
(E013)
Berita Lainnya
Sandiaga menawarkan "melukat" untuk 35 ribu peserta WWF-10 di Bali
Sabtu, 20 April 2024 17:51 Wib
Warga peroleh edukasi keselamatan transportasi air
Sabtu, 13 April 2024 5:18 Wib
Wisatawan pantai selatan DIY-Jabar perlu waspadai pasang air
Jumat, 12 April 2024 13:51 Wib
1.300 wisatawan banjiri Jatiluwih Tabanan, Bali
Rabu, 10 April 2024 19:33 Wib
IBI membuka posko kesehatan mendekatkan kebidanan kepada pemudik
Rabu, 10 April 2024 16:03 Wib
Meski tergenang rob, Jalur Pantura Sayung Demak, Jateng, bisa dilintasi kendaraan pemudik
Selasa, 9 April 2024 2:08 Wib
Nelayan di Benoa, Bali, diedukasi untuk wisata taksi air
Jumat, 5 April 2024 20:44 Wib
BRIN: Picu hujan di barat Indonesia, pertemuan uap air-IOD negatif
Jumat, 5 April 2024 5:55 Wib