Kulon Progo kembangkan industri agro gula semut

id gula semut

Kulon Progo kembangkan industri agro gula semut

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo meninjau gudang gula semut curah di Kecamatan Kokap. Pemkan Kulon Progo merencakan akan mengembangkan industri agro gula semut untuk menaikan nilai jual komoditas unggulan wilayah setempat. (Humas Kabupaten Kulon Prog

Kulon Progo (Antara Jogja) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, bekerja sama dengan Bank Indonesia akan menyusun studi kelayakan untuk mengembangkan produksi gula semut berbasis industri agro.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo di Kulon Progo, Selasa, mengatakan saat ini produksi gula semut masih bersifat industri rumah tangga yang dikelola oleh kelompok.

"Kami segera melakukan studi kelayakan, kalau layak maka kami akan merekrut manajer untuk industri gula semut berbasis agro di bawah koperasi Jatirogo," kata Hasto.

Saat ini, kata Hasto, sumber daya alam pohon kelapa di Kabupaten Kulon Progo mampu menjadi mata pencaharian sebanyak 6.000 penderes.

Ia mengatakan, industri agro bertujuan produksi gula semut agar tidak dijual dalam bentuk curah tetapi dalam bentuk saset seperti "brown sugar" yang ada di hotel-hotel. Saat ini petani dan koperasi menjual gula semut dalam bentuk curah dengan harga Rp 21.000 per kilogram (kg), sedangkan kalau dalam bentuk saset nilai ekonominya jauh lebih tinggi.

Untuk itu, kata Hasto, Koperasi Jatirogo yang menampung hasil produksi gula semut masyarakat Kulon Progo akan dikelola secara profesional seperti mengelola perusahaan daerah.

"Dari segi sponsor, Kementerian Koperasi dan BI juga siap membantu, sehingga tinggal satu langkah mewujudkan industri agro gula semut ini," kata dia.

Saat ini, kata Hasto, jumlah produksi gula kelapa di bawah Koperasi Jatirogo sebesar 6 ton per hari atau 180 ton per bulan. Koperasi sudah memiliki gudang yang dibangun dari bantuan BI berkapasitas 180 ton.

Ditargetkan, seluruh produksi itu bisa dibuat gula semut dalam kemasan saset. Pengemasan dalam bentuk saset ini agar tercipta pasaran domestik yang pangsa pasarnya sangat besar mengingat banyaknya hotel di Indonesia.

"Kami mengembangkan pasar domestik, karena kalau hanya mengembangkan pasar ekspor saja, kita sangat tergantung pada permintaan. Begitu kran ekspor ditutup kita kalang kabut. Sebab, sertifikasi indikasi geografis dan sertifikasi organik bisa dipermainkan karena tergantung luar negeri. Sehingga kalau pasar domestik terbentuk, baik ekspor maupun tidak ekspor petani tetap jaya, harga tetap tinggi," katanya.

Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Bambang Tri Budi Harsono mengatakan di Kulon Progo terdapat beberapa produsen gula kelapa kristal atau gula semut.

Selain KSU Jatirogo juga ada Kelompok Usaha Bersama (KUB) Tiwi Mangunggal, KUB Gendis Manis, dan produsen perorangan Sugiyo. Mayoritas penderes tergabung di KSU Jatirogo sebanyak 2.300 penderes.

"Kami melakukan pendampingan dari prapanen hingga pasca panen, termasuk pengolahan dan pemasaran. Juga ada perluasan lahan tanaman kelapa 100-150 hektare yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat dari APBN," katanya.

Ketua Koperasi Serba Usaha (KSU) Jatirogo Ngatijo mengatakan produksi gula semut koperasinya sudah bersertifikat organik dari lembaga control union. Total anggota koperasi sebanyak 2.300 penderes dengan total kapasitas produksi enam ton per hari.

(KR-STR)