Kota Yogyakarta segera berkoordinasi kendalikan harga kedelai

id kedelai

Kota Yogyakarta segera berkoordinasi kendalikan harga kedelai

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan Pertanian Kota Yogyakarta segera melakukan koordinasi dengan sejumlah instansi terkait untuk mengendalikan harga kedelai yang terus merangkak naik.

"Dari pemantauan yang dilakukan, harga kedelai impor sudah mencapai Rp10.000 per kilogram (kg) atau terus mengalami kenaikan signifikan dari beberapa hari lalu," kata Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Sri Harnani di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, pengendalian harga kedelai tidak bisa dilakukan oleh sebuah instansi pemerintah saja, melainkan harus dilakukan berdasarkan koordinasi lintas instansi.

Apalagi, lanjut dia, kenaikan harga kedelai tidak hanya terjadi untuk komoditas kedelai impor saja tetapi juga untuk kedelai lokal karena harganya tidak jauh berbeda dengan kedelai impor.

"Barang-barang impor memang mengalami kenaikan akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Selain kedelai, komoditas tepung terigu juga mengalami kenaikan harga meskipun tidak terlalu signifikan, begitu pula dengan minyak goreng," katanya.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta, total perajin tahu dan tempe di wilayah tersebut tercatat sebanyak 137 perajin yang tersebar di beberapa wilayah seperti Pandeyan, Giwangan, Keparakan, Kricak dan Tegalrejo.

"Untuk perajin tahu dan tempe tentu ada pengaruhnya karena harga kedelai sebagai bahan baku utama semakin naik dari hari ke hari. Kebutuhan antar perajin berbeda-beda tergantung kapasitas produksinya," kata Kepala Seksi Bimbingan Teknik Produksi Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian Kota Yogyakarta Wisnu Sundaru.

Selain perajin tahu dan tempe, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika diperkirakan juga akan mengganggu industri kecil lainnya seperti perajin batik dengan pewarna kimia.

"Saat ini mungkin dampaknya belum terasa karena perajin masih memiliki stok pewarna. Namun, apabila dalam dua bulan ke depan belum ada perubahan nilai tukar, maka dampaknya baru akan terasa," katanya yang berharap pemerintah bisa segera melakukan stabilitasi nilai tukar rupiah.

(E013)

Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024