Inflasi Yogyakarta diperkirakan rendah

id infllasi

Inflasi Yogyakarta diperkirakan rendah

Ilustrasi inflasi (Foto antaranews.com)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Inflasi Kota Yogyakarta pada April 2014 diperkirakan rendah pada kisaran -0,25 persen sampai 0,1 persen, kata Ketua III Pengarah Tim Pengendalian Inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta Arief Budi Santoso.

"Masuknya musim panen padi dan beberapa tanaman hortikultura meningkatkan pasokan komoditas tersebut di pasar. Di sisi lain, permintaan yang stabil dan ekspektasi konsumen yang terjaga menjadi faktor potensi inflasi berpeluang rendah," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Berdasarkan hasil pemantauan Tim Pengendalian Inflasi (TPI) DIY terhadap perkembangan harga-harga sampai dengan paruh pertama April 2014, harga beras dan produk hortikultura secara umum mengalami penurunan.

"Komoditas pokok seperti beras, cabai, bawang putih, daging sapi, gula pasir, dan minyak goreng turun jika dibandingkan dengan harga rata-rata pada Maret 2014," katanya.

Menurut dia, untuk komoditas beras, penurunan harga mencapai 2-5 persen sejalan dengan masuknya musim panen di beberapa sentra padi di Pulau Jawa.

"Stok beras yang ada di Bulog sampai dengan saat ini mencapai 26 ribu ton sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan raskin hingga enam bulan ke depan yang per bulannya mencapai 4.300 ton," katanya.

Ia mengatakan stok gula sangat mencukupi, stok di pabrik gula Madu Baru mencapai 9.432 ton. Di sisi lain, harga gula internasional saat ini juga rendah, yakni 420 dolar AS per ton FOB.

"Terkait dengan hal itu, petani mengharapkan agar ada keberpihakan pemerintah kepada petani di antaranya mengurangi kebocoran gula rafinasi dan menjaga harga agar tidak terus turun," katanya.

Menurut dia, pasokan bahan bakar minyak (BBM) aman dan konsumsi solar dan premium di DIY turun. Harga BBM jenis pertamax secara rata-rata pada April 2014 turun.

"Untuk menjaga agar harga LPG stabil, Pertamina mengembangkan jaringan pangkalan LPG di titik-titik strategis untuk memudahkan akses konsumen untuk membeli LPG," katanya.

Ia mengatakan kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar diperkirakan andilnya terhadap inflasi akan rendah seiring dengan adanya peningkatan alokasi stok LPG tiga kilogram oleh Pertamina sebesar lima persen.

"Namun demikian, tekanan pada subkelompok biaya tempat tinggal khususnya kontrak rumah perlu diwaspadai," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Regina Safrie
COPYRIGHT © ANTARA 2024