Bantul datangkan kayu dari luar daerah

id kayu

Bantul datangkan kayu dari luar daerah

Kayu (Foto Antara/Noveradika)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga kini masih mendatangkan kayu dari luar daerah untuk mencukupi kebutuhan bahan baku kerajinan maupun industri mebel.

"Produksi kayu di Bantul rata-rata lima sampai enam ribu meter kubik per tahun, sementara kebutuhan kayu sekitar 20 ribu meter kubik, jadi harus mendatangkan dari luar Yogyakarta," kata Kepala Bidang (Kabid) Kehutanan Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Bantul, Siti Nurjanah, Rabu.

Menurut dia, beberapa daerah yang menjadi pamasok kayu untuk Bantul tersebut, di antaranya Wonogiri dan sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng) lainnya, karena wilayah tersebut dikenal sebagai sentra penghasil kayu.

"Seperti kayu jenis pule (kayu lunak) itu harus mendatangkan dari luar, karena biaya yang harus dikeluarkan atau untuk membeli kayu lebih murah dibandingkan ketika harus mengolah lahan untuk ditanami pohon," katanya.

Menurut dia, upaya untuk meningkatkan produksi kayu dengan mendorong warga untuk menanam kayu pule sudah pernah diprogramkan, akan tetapi respon dari petani masih kurang, karena sebagian besar petani lebih memilih menanam kayu jati.

"Produksi kayu Bantul justru sebagian besar Jati, namun bukan untuk kebutuhan sendiri, melainkan untuk dijual ke Jepara (Jawa Tengah) begitu juga kayu sono dikirim ke Kediri, jadi meskipun mendatangkan, Bantul juga mengirim ke luar," katanya.

Menurut dia, hutan rakyat di daerah ini seluas 8.570 hektare, hutan yang pengelolaan diserahkan kepada warga setempat itu harus dipelihara kelestariannya dengan tidak menebang sembarangan atau setiap penebangan harus ada penanaman kembali.

"Hutan rakyat di Bantul tersebar di sejumlah kecamatan wilayah perbukitan, yaitu Kecamatan Dlingo, Imogiri dan Pajangan, diharapkan ketika ada penebangan diganti dengan penanaman pohon yang baru," katanya.

(KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Regina Safrie
COPYRIGHT © ANTARA 2024