Kemenparkeraf: promosi 'mulut ke mulut' paling efefktif

id objek wisata kemenjeraf

Kemenparkeraf: promosi 'mulut ke mulut' paling efefktif

Objek wisata Bali (Bali antaranews.com)

Jakarta (Antara Jogja) -  Promosi wisata dari "mulut ke mulut" merupakan cara yang paling efektif untuk mendatangkan wisatawan, kata Direktur Promosi Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nia Niscaya .

"Yang paling murah dan efektif karena melibatkan interaksi dan kepercayaan dari orang yang pernah mengunjungi tempat itu," kata  Nia Niscaya usai Konferensi Internasional Wisata Syariah di Jakarta, Selasa.

Menurut Nia, orang mudah lebih percaya dengan cerita yang didengarkan dari pengunjung langsung karena berdasarkan pengalaman yang ia miliki ketika berwisata.

 "Itu lah 'words of mouth (kata-kata), kita enggak perlu 'gembar-gembor', destinasi wisata itu akan jadi tempat terbaik, pengunjung akan datang sendiri seperti di Thailand," katanya.

Untuk itu, dia mengatakan yang perlu ditingkatkan adalah kualitas sumber daya manusia serta menjaga keindahan destinasi wisata itu sendiri.

"Percuma kalau tempatnya bagus, tetapi pelayanannya tidak bagus dengan cemberut, itu 'nonsense'," katanya.

 Namun, mengerahkan SDM pariwisata. menurut Nia, tidak bisa dengan cepat karena bukan hanya melibatkan kementerian, melainkan juga pihak hotel, restoran hingga supir taksi.

Terkait promosi lewat penulis blog atau 'blogger' dan komunitas-komunitas dia menilai hal itu efektif,  namun belum terlalu dioptimalkan secara luas.

"Melalui 'blogger' itu sebetulnya 'low budget high impact' (biaya rendah, dampak besar) juga komunitas-komunitas, seperti komunitas yoga, komunitas lari," katanya.

Nia mengaku kendala promosi saat ini masih terbentur pada anggaran yang dinilai kurang, untuk 2014 anggaran untuk promosi wisata hanya Rp300 miliar.

"Rp450 miliar itu dengan gaji karyawannya, masih sangat kurang," katanya.

Selain itu, kurangnya penerbangan langsung juga masih menjadi kendala dalam promosi wisata.

"Semua destinasi wisata di Indonesia itu 'reachable' (dapat dijangkau), tapi yang jadi masalah itu lama tidak waktu untuk mencapai ke sana, banyak yang enggak mau karena capek di jalan, penerbangannya bahkan dua, tiga kali," katanya.
(J010)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024