Kompolnas dorong Polda DIY tegas tangani intoleransi

id kompolnas dorong polda diy

Kompolnas dorong Polda DIY tegas tangani intoleransi

Adrianus Meliala (Foto antaranews.com)

Jogja (Antara Jogja) - Komisi Kepolisian Nasional mendorong Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta untuk bertindak tegas menangani kasus intoleransi serta kekerasan yang terjadi di daerah setempat.

"Kami mendengar dan mengindikasikan bahwa kepolisian kita (Polda DIY) tidak berbuat signifikan terhadap kasus intoleransi," kata komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala saat melakukan pertemuan dengan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) Yogyakarta di Pusat Studi Hak Asasi Manusia (Pusham) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin.

Adrianus yang datang ke Yogyakarta bersama dua komisioner Kompolnas lainnya mengatakan bahwa pihaknya ingin memperoleh fakta serta keterangan masyarakat mengenai beberapa kasus intoleransi di Yogyakarta.

Menurut dia, pihak Kompolnas telah menerima sebanyak 27 aduan, baik secara lisan maupun tertulis, yang berkaitan dengan penanganan pihak kepolisian di Yogyakarta.

Terkait dengan hal itu, dia juga akan mengonfirmasi langsung kepada pihak Polda DIY.

"Kami sebagai pengawas integritas Polri datang ke Yogyakarta untuk mendapatkan fakta-fakta yang sebenarnya terkait dengan kasus yang belakangan ini terjadi. Yogyakarta yang kelihatannya sebagai daerah yang aman dengan kemajemukan ternyata juga terdapat kelompok-kelompok yang intoleran," kata dia.

Sementara itu, komisioner Kompolnas Muhammad Nasser mengatakan, ketika ditanya mengenai kemungkinan adanya intervensi di tubuh kepolisian, bahwa pihaknya meyakini tidak ada.

Namun, dia meminta pihak kepolisian tidak takut mengambil risiko. Persoalan yang menyangkut mayoritas dan minoritas masyarakat harus tetap ditindak secara adil.

"Kalau intervensi sejauh ini tidak ada. Akan tetapi, mungkin saja mereka tidak berani mengambil risiko dan takut menimbulkan masalah yang lebih besar dengan pihak mayoritas," kata dia.

Padahal, menurut dia, justru apabila kepolisian tegas terhadap kasus intoleransi tersebut, mayoritas masyarakat akan mendukung.

"Paling-paling kelompok pelaku intoleransi saja yang tidak suka, sementara masyarakat umum tentu akan memberi dukungan," kata dia.

Sebelumnya seperti diberitakan, di Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi dua aksi intoleransi dan kekerasan. Kasus pertama terjadi pada hari Kamis (29/5) malam yakni penyerangan sekelompok orang terhadap para umat Katolik yang tengah melakukan doa bersama di Dusun Tanjungsari, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman.

Selanjutnya, pada hari Minggu (1/6), aksi perusakan oleh sekelompok terhadap bangunan milik seorang pendeta di Dusun Pangukan, Desa Tridadi, Sleman, yang dipakai umat Kristen untuk beribadah.

(KR-LQH)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024