Ratusan petani di Gianyar gelar ritual "nyelung"

id ratusan petani di gianyar

Ratusan petani di Gianyar gelar ritual "nyelung"

Sawah subak di Bali (Foto antaranews.com)

Denpasar (Antara Jogja) - Sekitar 600 petani yang tergabung dalam empat organisasi pengairan tradisional atau "subak" di Payangan, Kabupaten Gianyar, Bali, menggelar ritual "Nyelung", Selasa.

Keempat subak yang terdiri atas Buahan, Susut, Selat, dan Tengipis yang menggelar ritual berskala besar itu mempersembahan segala hasil pertanian sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Widhi) atas hasil panen mereka.

"Kegiatan ritual yang melibatkan seluruh petani dan anggota keluarga di empat subak itu digelar secara berkesinambungan setiap sepuluh tahun sekali," kata Sekretaris Subak Gede Buahan Nyoman Jejel di sela-sela kegiatan ritual tersebut.

Kegiatan ritual yang digelar di pura yang berlokasi di tengah persawahan yang berjarak sekitar 45 kilometer timur laut Kota  Denpasar itu didasari atas tradisi karena zaman dulu tanaman pertanian di Subak Gede Buahan sering mengalami gagal panen akibat serangan hama dan penyakit.

Atas kejadian itu, anggota subak berinisiatif  untuk memohon keselamatan tanaman di pura Pucak Pausan, Buahan Kaja. Dalam memohon keselamatan tanaman pertanian tersebut, anggota subak berjanji akan menghaturkan hasil pertanian setiap sepuluh tahun sekali jika permohonan dikabulkan.

Setelah permohonan tersebut, tanaman pertanian di wilayah subak terhindar dari hama dan penyakit
    
Karena permohonan sudah terkabulkan, maka tradisi "Nyelung" dilaksanakan setiap sepuluh tahun sekali, yakni setiap tahun masehi dengan angka satuan empat yang bertepatan dengan persembahyangan di Pura Pucak Pausan.

"Kami hanya melanjutkan tradisi yang sudah dilaksanakan leluhur secara turun-temurun dan hingga kini tetap kami lanjutkan," ujar Nyoman Jejel.

Pelaksanaan "Nyelung" dengan menghaturkan segala hasil pertanian (pala bungkah-pala gantung), satu ekor itik, ayam, dan babi. Selain itu juga dilengkapi dengan duplikat segala alat pertanian.

"Jelung" diarak dari Pura Puseh Buahan, Desa Buahan, sampai Pura Pucak Pausan, Desa Buahan Kajan, yang jaraknya sekitar 10 kilometer.

Arak-arakan ritual itu dilakukan keempat anggota subak secara estafet  mengusung "jelung" sampai di Pura Pucak Pausan. Pertama anggota Subak Buahan dan Susut mengusung sampai di Banjar Selat Dari Banjar Selat digantikan Subak Selat mengusung sampai di Banjar Tengipis.  
    
Dari subak Tenggipis selanjutnya digantikan Subak Tengipis mengusung sampai Pura Pucak Pausan. "Jelung" sebelumnya disucikan dengan  diupakarai dengan menghaturkan "dapetan".

Selanjutnya "Jelung" mengelilingi Pura Pucak sebanyak tiga kali. Diusung krama subak bergantian. Usai mengelilingi Pura Pucak, diusung ke utama mandala pura (areal paling suci).

(I006)

 
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024