Menjaga Semangat Dengan Kurikulum Baru

id menjaga semangat dengan

Menjaga Semangat Dengan Kurikulum Baru

Kurikulum 2013 (Foto antarakaltim.com)

Jogja (Antara Jogja) - Menjaga semangat, bukan mengeluh. Sikap ini yang semestinya dikedepankan dalam mengimplementasikan kurikulum baru, Kurikulum 2013.

Jika masih ada hambatan maupun kekurangan di sana-sini, segera ditanggulangi dan dibenahi.

Seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) setempat menilai implementasi Kurikulum 2013 di daerah ini tidak mengalami kendala meskipun buku pegangan bagi sebagian besar guru dan siswa belum tiba.

"Meskipun buku pelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013 belum tiba, proses belajar mengajar sesuai dengan kurikulum baru itu telah berlangsung, dan tidak ada masalah," kata Kepala Disdikpora DIY Kadarmanta Baskara Aji di Yogyakarta.

Hingga saat ini, kata dia, seluruh guru sekolah mulai SD, SMP, SMA di DIY yang berjumlah 17.000 telah mendapatkan pelatihan secara intensif sehingga menguasai pengajaran dengan metode sesuai dengan kurikulum baru.

"Yang belum dilatih memang masih ada, mereka rata-rata adalah guru mutasi, dan jumlahnya tidak mencapai 100 orang," katanya.

Selain itu, meskipun belum seluruh guru mendapatkan buku ajar, Disdikpora telah membagikan "soft copy" buku ajar sesuai dengan Kurikulum 2013 kepada seluruh jenjang sekolah di DIY.

Menurut dia, belum tibanya buku pelajaran Kurikulum 2013 sebagai pegangan guru maupun siswa hingga saat ini merupakan kesalahan teknis dari pihak percetakan. "Ini terjadi secara nasional, dan tidak dapat memperkirakan lama pencetakan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan," kata dia.

Ia menyebutkan kekurangan buku Kurikulum 2013 untuk tingkat SD di DIY mencapai 50 persen, SMP mencapai 60 persen, dan SMK/SMK mencapai 60 persen.

Meski demikian, untuk menghadapi persoalan tersebut, pihaknya telah mengimbau seluruh jenjang sekolah di DIY agar menginstruksikan kepada guru maupun murid untuk mendapatkan materi Kurikulum 2013 dengan mengakses laman www.jogjabelajar.org. "Jadi, mereka sebenarnya dapat mengakses laman itu untuk mendapatkan materi Kurikulum 2013 seperti buku aslinya," katanya.

Ia menargetkan seluruh guru maupun siswa akan memperoleh buku kurikulum baru tersebut paling lambat 18 Agustus 2014. Menurut dia, sekolah di DIY tidak diperkenankan memperoleh buku, kecuali dari percetakan yang telah ditentukan. "Hampir seluruh sekolah di DIY memiliki perlengkapan multimedia yang memadai sehingga kekurangan buku tidak menjadi kendala," katanya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menargetkan seluruh jenjang sekolah negeri dan swasta di wilayah ini sudah menerima buku ajar untuk pembelajaran Kurikulum 2013 pada pertengahan Agustus 2014.

"Distribusi buku ajar untuk SD, SMP, SMA dan SMK ditargetkan dapat diselesaikan pada pertengahan bulan ini. Meskipun buku ajar belum tiba, hal itu tidak mengganggu proses belajar mengajar di sekolah," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Edy Heri Suasana.

Menurut Edy, baru ada 12 dari 192 sekolah dasar negeri dan swasta yang menerima secara lengkap buku ajar untuk Kurikulum 2013.

Distribusi buku ajar untuk SD dan SMP di Kota Yogyakarta sempat terhenti akibat amblesnya Jembatan Comal di Pemalang Jawa Tengah, serta adanya aturan yang melarang angkutan barang kapasitas besar melintas selama masa Angkutan Lebaran 2014. "Bukunya sudah ada. Namun, karena ada aturan tersebut, distribusi sempat terhenti. Kami berharap, saat angkutan barang sudah diperbolehkan berjalan kembali. Maka, distribusi bisa dilakukan," katanya.

Untuk buku ajar SMA/SMK baru dijadwalkan didistribusikan pada tanggal 18 Agustus nanti. Buku ajar Kurikulum 2014 itu digunakan untuk siswa kelas 1,2,4,5,7,8,10, dan 11 di seluruh sekolah, baik negeri maupun swasta.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta kemudian menerapkan kebijakan khusus untuk menjawab kekosongan buku ajar di sebagian besar sekolah, yakni meminta guru untuk membuat salinan buku sesuai jumlah siswa di kelas. "Setiap guru sudah memiliki buku contoh dan `compact disc` berisi bahan ajar. Bagi siswa sekolah dasar, guru diminta membuat fotokopi tema satu, sedangkan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK diminta memfotokopi Bab I," katanya.

Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, total buku ajar untuk Kurikulum 2013 semester pertama yang akan didistribusikan sebanyak 440.625 eksemplar dengan total biaya pengadaan buku sebesar Rp4,6 miliar.

Jumlah buku untuk SD sebanyak 175.352 eksemplar dengan biaya pengadaan Rp1,43 miliar, SMP sebanyak 156.128 eksemplar dengan biaya pengadaan Rp1,34 miliar, SMA sebanyak 55.719 eksemplar dengan biaya Rp955,1 juta, dan SMK sebanyak 53.446 eksemplar dengan biaya Rp922,7 miliar.

"Biaya pengadaan untuk buku ajar semester pertama berasal dari dana bantuan operasional sekolah (BOS), dan nanti untuk semester dua menggunakan dana APBD Kota Yogyakarta," katanya.



                     450.000 Buku Diunduh

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh mengatakan bahwa sebanyak 450.000 buku pelajaran telah diunduh melalui situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. "Sampai dua hari terakhir ini, sudah 450.000 buku yang diunduh," kata M. Nuh kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Cipanas, Cianjur, Jawa Barat, Sabtu (9/8).

Menurut dia, pihak yang telah mengunduh itu diyakini dari beragam pihak, termasuk sekolah berikut pula dari masyarakat umum. Mendikbud juga memastikan bahwa pihaknya telah mengirim CD yang berisi materi buku dan di setiap guru juga telah memiliki buku pegangan.

Dengan demikian, kata M. Nuh, bagi sekolah yang mengalami kesukaran dalam mengunduh buku dari situs di internet bisa juga memfotokopi dari buku pegangan tersebut.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan bahwa penyaluran buku Kurikulum 2013 baru mencapai 70 persen.

"Belum seluruhnya buku Kurikulum 2013 tersalur. Ada kendala di penyedia sehingga penyalurannya jadi lambat," ujar Musliar pada acara Tanoto Foundation di Jakarta, Kamis (7/8) lalu.

Selain kendala di penyedia, menurut dia, lambannya penyaluran buku disebabkan oleh adanya libur panjang dalam suasana Hari Raya Idulfitri 1435 Hijriah.

Musliar juga menegaskan bahwa buku-buku tersebut tidak diperkenankan untuk diperjualbelikan. "Jangan dibeli. Buku-buku itu diberikan gratis kepada siswa," tandasnya.

Ia mengatakan bahwa Kemdikbud akan mengawasi penyaluran buku-buku tersebut.

Kemdikbud mencetak sebanyak 245 juta eksemplar buku yang didistribusikan ke seluruh sekolah di Tanah Air. Kemdikbud tidak memperkenankan sekolah memungut sepeser pun biaya untuk buku itu kepada para siswa karena biaya cetak sudah dimasukkan ke dalam anggaran pendidikan.



                         Tak Perlu Takut

Musliar Kasim mengimbau insan pendidikan, terutama guru dan siswa, untuk tidak perlu takut dengan Kurikulum 2013 yang mulai diimplementasikan pada tahun pelajaran 2013-2014. "Enggak usah takut lah, saya kira soal kurikulum hanya soal kebiasaan. Karena ini sesuatu yang baru, pasti dianggap sulit," kata Musliar dalam sambutannya pada Deklarasi Jaringan Pendidikan Komunitas Adat di Jakarta, Selasa (12/8).

Musliar mengakui masih ada sejumlah guru yang mengeluhkan Kurikulum 2013, tetapi dia juga mengklaim banyak dari mereka yang senang dan antusias terhadap kurikulum baru ini. "Saya sudah berkunjung lebih dari 100 sekolah, dan bertanya bagaimana kesannya, mereka bilang senang tidak perlu buat silabus, beban guru dalam mengajar berkurang," katanya.

Pasalnya, lanjut dia, dalam kurikulum tersebut siswa dituntut lebih aktif dibandingkan dalam 10 kurikulum sebelumnya yang cenderung guru lebih aktif.

Untuk mengantisipasi kesulitan dalam memahami kurikulum tersebut, Musliar mengatakan bahwa Kemendikbud telah menyusun program untuk memberikan pendampingan kepada guru-guru dalam satu gugus yang terdiri atas sepuluh sekolah.

Guru-guru terpilih tersebut diberikan pelatihan untuk nantinya mendampingi guru-guru di sekolahnya dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. "Jadi, mereka yang tidak mengerti tidak malu bertanya karena pendampingnya adalah kawannya sendiri," katanya.

Dia menyebutkan sebanyak 6.500 lembaga pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SMA yang ditunjuk Kemendikbud menerapkan kurikulum baru ini pada tahun pelajaran 2013-2014.

"Kurikulum sudah diganti 10 kali sejak negara ini merdeka, belum pernah guru dilatih semasif ini, paling dulu dari satu kabupaten hanya 20 (guru) yang dilatih," katanya.

Musliar mengatakan bahwa program pendampingan tersebut akan dimulai pada bulan September mendatang, atau awal semester tahun ajaran baru.

Selain itu, kata dia, Kemdikbud juga menyediakan "klinik" konsultasi yang bisa diakses secara "online".

Dia mengakui tidak menjamin apabila kurikulum yang mengedepankan sistem kontekstual tersebut bisa bertahan lama, mengingat selama ini kurikulum hanya bertahan setiap satu atau dua tahun. "Saya tentu tidak menjamin. Akan tetapi, ketika suatu program sudah bagus, orang mau mempertahankan," katanya.

Namun, guru di SMAN 1 Cikande, Serang, Banten, Titisari Kusumajati mengaku merasa kesulitan menyesuaikan dengan Kurikulum 2013, terutama dalam penilaiannya yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. "Nilainya sekarang uraian atau deksripsi, belum tentu orangtua siswa mau membaca uraian tersebut dibandingkan angka, mereka seringnya hanya tanda tangan saja," katanya.

Selain itu, dari persiapan mengajar juga cukup membingungkan karena rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun pun beda.

Karena sifatnya kontekstual, menurut Titisari, tidak hanya satu mata pelajaran terlibat dalam satu sesi pembelajaran, tetapi banyak, dan itu yang menjadi kesulitan karena biasanya hanya satu guru yang mengajar dalam satu mata pelajaran. "Kalau dari tujuannya memang bagus, tetapi masih banyak guru yang belum sepenuhnya mengerti, jadi terasa `njelimet` (rumit)," katanya.

(M008)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024