Surono: Gunung Slamet alami perubahan sifat aktivitas

id surono: gunung slamet

Surono: Gunung Slamet alami perubahan sifat aktivitas

Gunung Slamet (Foto antaranews.com)

Purwokerto (Antara Jogja) - Gunung Slamet di wilayah Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes, Jawa Tengah, mengalami perubahan sifat aktivitas, kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Surono.

"Perubahan sifat saja, bukan ancamannya. Hal demikian wajar-wajar saja bagi gunung api," katanya saat dihubungi Antara dari Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Sabtu.

Kendati demikian, dia mengatakan yang penting adalah bagaimana ancaman bahaya terhadap masyarakat di sekitarnya.

Menurut dia, hingga kini, meskipun suara dentuman dan gemuruh masih ada, dan sering terdengar dibanding aktivitas yang lalu, radius bahaya "Siaga" Gunung Slamet tetap dalam radius empat kilometer dari puncak.

"Saat ini Gunung Slamet seperti anjing golden, gonggongannya mengaum besar dan nyaring serta tongtongannya gede, tapi cerdas, baik, dan tidak menggigit. Tentunya bila semua 'respect' terhadap Slamet, tidak masuk radius empat kilometer dari puncak Slamet," kata pria yang akrab dipanggil Mbah Rono itu.

Lebih lanjut mengenai perubahan sifat, dia mengatakan hal itu juga terjadi pada Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Menurut dia, Merapi sebelum 2010 sifatnya selalu tumbuh kubah lava.

Dalam hal ini, kata dia, kubah Merapi yang semakin besar akan gugur, diikuti guguran awan panas. "Dunia menyebutnya erupsi tipe Merapi," katanya.

Akan tetapi setelah 2010, kata dia, Merapi merubah ciri atau tipenya dengan cara letusan eksplosif diikuti letusan awan panas.

Ia mengatakan Gunung Kelud dalam kurun lebih dari 100 tahun, ciri letusannya eksplosif singkat dan dahsyat, namun pada 2007 berubah total, hanya membentuk kubah lava.

Selanjutnya pada 2014, kata dia, Gunung Kelud kembali ke ciri aslinya dengan letusan dahsyat dan singkat, abu nyaris menutupi Pulau Jawa.

"Itulah alam, memainkan lakon secara jujur, bergantung pada proses saat ini, tidak harus sama dengan masa lalunya," katanya.

         
                    56 kali dentuman
    
Terkait aktivitas Gunung Slamet, Mbah Rono mengatakan bahwa berdasarkan pengamatan yang dilakukan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet, Desa Gambuhan, Pemalang, pada hari Jumat (15/8), pukul 18.00-00.00 WIB, terdengar 56 kali suara dentuman sedang hingga kuat, terdengar 26 kali suara gemuruh sedang hingga kuat, dan teramati 44 kali sinar api dengan tinggi 100-600 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan dari sisi kegempaan tercatat 28 kali gempa letusan dan 92 kali gempa embusan.

Sementara pada hari Sabtu (16/8), pukul 00.00-06.00 WIB, teramati sembilan kali letusan abu dengan warna kecokelatan tinggi 200-400 meter, terdengar 21 kali suara dentuman sedang hingga kuat, terdengar 71 kali suara gemuruh sedang hingga kuat, dan teramati 70 kali sinar api tinggi 50-500 meter dari puncak Gunung Slamet, sedangkan kegempaan tercatat 34 kali gempa letusan dan 108 kali gempa embusan.

Selanjutnya pada pukul 06.00-12.00 WIB, teramati 14 kali letusan abu dengan warna kecokelatan tinggi 200-400 meter, terdengar 28 kali suara dentuman sedang hingga kuat, dan terdengar tiga kali suara gemuruh sedang hingga kuat, sedangkan kegempaan tercatat 26 kali gempa letusan dan 112 kali gempa embusan.

"Aktivitas Gunung Slamet masih tetap dengan status 'Siaga', masyarakat agar tidak beraktivitas dalam radius empat kilometer dari puncak Gunung Slamet. Di luar radius tersebut, masyarakat dapat beraktivitas seperti biasa," kata Surono.

Seperti diwartakan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM pada tanggal 10 Maret 2014, pukul 22.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Aktif Normal" (level I) menjadi "Waspada (level II).

Peningkatan status tersebut dilakukan karena aktivitas Gunung Slamet meningkat.

Oleh karena intensitas gempa atau letusannya semakin bertambah serta abunya semakin tinggi, PVMBG pada tanggal 30 April 2014, pukul 10.00 WIB, menaikkan status Gunung Slamet dari "Waspada" (level II) menjadi "Siaga" (level III).

Kemudian PVMBG menurunkan status Gunung Slamet, dari "Siaga" menjadi "Waspada" pada hari Senin, pukul 16.00 WIB, karena aktivitasnya cenderung menurun.

Akan tetapi sejak pertengahan bulan Juli 2014, Gunung Slamet kembali menunjukkan peningkatan aktivitas, sehingga PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM kembali meningkatkan status gunung tertinggi di Jateng itu menjadi "Siaga" pada hari Selasa (12/8), pukul 10.00 WIB.

(KR-SMT)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024