PLN Jateng-DIY optimistis elektrifikasi capai 90 persen

id PLN

PLN Jateng-DIY optimistis elektrifikasi capai 90 persen

PT PLN (Dok Istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - PT Perusahaan Listrik Negara distribusi Jawa Tengah-DIY optimistis terget rasio elektrifikasi atau ketersediaan listrik di daerah setempat mampu mencapai 90 persen pada 2016.

General Manager PT PLN Jateng-DIY, Joko R Aboemanan dalam diskusi publik "Tantangan Kelistrikan Indonesia" di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Selasa, mengatakan hingga saat ini rasio elektrifikasi Jateng mencapai 86 persen, sementara DIY mencapai 82 persen.

"Kami yakin bersama pemerintah daerah (rasio elektrifikasi) mampu mencapai 90 persen pada 2016 nanti," ucap Joko.

Menurut dia, upaya pemenuhan ketersediaan listrik sampai saat ini masih memiliki kendala untuk menjangkau daerah terpencil atau pegunungan.

Letak geografis atau kondisi topologi yang tidak memungkinkan, sangat menghalangi proses distribusi perengkapan dan peralatan kelistrikan.

"Selain itu, kami juga susah mendirikan beton-beton listrik di medan tanah yang geografisnya tidak memungkinkan, misalnya, di daerah-daerah terpencil Kabupaten Gunung Kidul, DIY," ujar dia.

Namun demikian, kata dia, pendirin piranti penyaluran tenaga listrik tetap dapat terwujud, asalkan ada sinergisitas antara PLN dengan pemerintah daerah setempat.

"Jadi sinergisitas dengan pemerintahlah yang selama ini kami upayakan. Mereka yang menyediakan infrastruktur jalannya, kami yang membangun penyediaan listriknya," tuturnya.

Sementara itu, pengamat kelistrikan "Institute for Essential Services Reform" (IESR), Faby Tumiwa mengatakan seharusnya penyediaan listrik bukan hanya menjadi tugas PT PLN, tapi merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setempat.

Hal itu, menurut dia, mengacu amanat Undang-Undang (UU) nomor 30 tahun 2009 yang berbunyi penyediaan kelistrikan juga menjadi tugas pemerintah daerah.

"Kalau sekala kecil, misalnya, listrik desa harusnya pemda bisa menyediakan, karena agak susah kalau PLN juga harus mengurusi listrik desa, meskipun ada dananya," tukasnya.

Kemampuan itu, menurut Faby, didasarkan dengan melihat potensi energi terbarukan yang sesungguhnya dimiliki daerah untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.

"Saya kira daerah bisa memanfaatkan biomass berskala 1 mega watt (MW), mikro hidro skala 1-5 MW, ataupun tenaga surya dengan dikelola secara profesional," kata dia.

(KR-LQH)