Telaga di Gunung Kidul tercemar bakteri e-coli

id telaga

Telaga di Gunung Kidul tercemar bakteri e-coli

Sejumlah anak mencari ikan di Telaga Lebak yang sudah mulai mengering, Kemiri, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (5/6). Memasuki musim kemarau sejumlah kawasan di Gunungkidul mengalami kekeringan, dan warga dihimbau agar dapat menjaga kese

Gunung Kidul (Antara Jogja) - Ratusan telaga di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tercemar bakteri E-coli dan ditergen karena pemanfaatan dari masyarakat yang kurang memperhatikan aspek lingkungan air.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Gunung Kidul, Syarief Armunanto di Gunung Kidul, Senin, mengatakan pemanfaatkan telaga antara lain untuk keperluan mandi dan cuci, ternak, pertanian (irigasi), perikanan, wisata lokal.

"Di antara pemanfaatan tersebut sebagian besar adalah untuk kegiatan mandi dan mencuci termasuk untuk ternak. Telaga dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari, " kata Syarief.

Ia mengatakan berdasarkan uji yang dilakukan hasil survei lapangan dan klasifikasi data dari Tim Fakultas Geografi UGM, Juni 2006 terdapat 128 telaga di Gunung Kidul yang mengalami pencemaran akibat ditergen dan kotoran hewan.

"Ada beberapa yang tercemar karena memang airnya dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci," katanya.

Untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut, lanjut dia, pihaknya berkoordinasi dengan Kepala Kantor Pengendali Dampak Lingkungan (Kapedal) dan Dinas Kesehatan. Sementara kedepan akan dilakukan pengembangan telaga yang digunakan khusus air minum di wilayah pesisir selatan Gunung Kidul.

"Pengembangan ini digunakan untuk mengatasi kekeringan dan sehat. Kedepan akan terus dibangun telaga yang tidak digunakan untuk pertanian dan mencuci, hanya khusus digunakan untuk air minum," kata Syarief.

Kepala Kapedal Gunung Kidul Irawan Jadmiko mengatakan ratusan telaga tersebut mengalami pencemaran bakteri E coli akibat digunakan untuk mencuci ternak, sedangkan pencemaran akibat bahan kimia karena telaga digunakan untuk mencuci pakaian dan mandi.

"Pencemaran ini dikarenakan telaga digunakan untuk keperluan domsetik," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan sosialisasi kepada warga untuk tidak mencemari air telaga kepada masyarakat. Selain itu, setiap tahun pihaknya melakukan uji sampling terhadap telaga dan sungai untuk mengetahui pencemaran.

"Kami sudah beberapa kali melakukan sosialisasi. Untuk sampling setiap tahun ada 10 titik," kata Irawan.

Irawan mengatakan untuk menjaga ekosistem di kawasan telaga pihaknya melakukan penanaman perindang dikawasan sekitar telaga.

"Pada 2013 ada enam telaga yang dilakukan penanaman penghijauan yakni telaga di Desa Gombang, Pacarejo, dan Melikan. Kami juga melakukan penanaman di sekitar telaga untuk menjaga ekosistem," katanya.

(KR-STR)