Lima PT angkat potensi pangan lokal Asia

id lima pt angkat

Lima PT angkat potensi pangan lokal Asia

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Jogja (Antara Jogja) - Lima perguruan tinggi akan melakukan riset bersama untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan mengangkat pangan lokal atau makanan tradisional dari setiap daerah di Asia.

"Ada sekitar 400 jenis makanan tradisional di setiap negara yang potensial untuk diangkat dan dikategorikan sebagai makanan tradisional yang sehat dan bermutu," kata peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) Universitas Gadjah Mada (UGM) Eni Harmayani di Yogyakarta, Selasa.

Di sela-sela "Workshop on Health Food Traditions of Asia", ia mengatakan lima perguruan tinggi itu adalah UGM, United Nations University Institute for the Advances Studies of Sustainability (UNU-IAS) Jepang, Universiti Sains Malaysia (USM), Prince of Songkhla University (PSU) dan Asian Institute of Technology (AIT) Thailand.

Menurut dia, makanan tradisional selain harganya yang relatif murah ternyata memberikan manfaat bagi kesehatan. PSPG UGM sedang mengembangkan dan mengangkat kembali pamor dan penganekaragaman makanan tradisional tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari negara-negara di Asia.

Salah satunya adalah makanan tradisional yang ada di Yogyakarta yang selama ini dikenal sebagai kota dengan usia harapan hidup tertinggi se-Indonesia yakni 74,2 tahun. Tim dari UGM bahkan sedang menggali kecenderungan kebiasaan masyarakat setempat dalam mengkonsumsi makanan tradisional.

"Kami memang belum memetakan persentase yang mengkonsumsi pangan tradisional, tetapi lebih dari 50 persen masyarakat Yogyakarta adalah pengkonsumsi jamu yang sangat bagus bagi kesehatan," katanya.

Ia mengatakan peneliti UGM telah berhasil mengidentifikasi beragam makanan tradisional Yogyakarta seperti tumpeng, gembili, dan growol. Bahkan untuk tumpeng ada 17 macam.

"Untuk makanan tradisional daerah lain di Indonesia, kami telah mengidentifikasi makanan seperti soto dan satai. Setelah diidentifikasi, di Indonesia terdapat 57 jenis soto dan 41 macam satai," katanya.

Menurut dia, meskipun belum semua makanan tradisional berhasil diidentifikasi, makanan tradisional dari setiap daerah memiliki potensi diversifikasi makanan diet sehat.

"Hal itu berbeda dengan anjuran dari Badan Kesehatan Dunia yang hanya merekomendasikan kandungan makanan diet sejenis," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024