Kasad minta mahasiswa sadari potensi perang proksi

id kasad

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengimbau kalangan mahasiswa untuk memahami dan menyadari potensi terjadinya perang proksi menjelang semakin menipisnya sumber energi, serta pangan di dunia.

"Perang proksi bukan lagi perang menggunakan tentara, namun dengan menyisipkan ideologi atau siasat politik tertentu dalam segala aspek berbangsa dan bernegara," kata Gatot saat memberikan kuliah umum kepada ratusan mahasiswa di Gedung Graha Saba Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Kamis.

Gatot mengatakan potensi perang tersebut muncul ketika di masa depan terjadi kelangkaan pangan, air, serta energi.

"Seperti kita tahu bahwa 70 persen peperangan atau invasi di dunia sering kali terjadi akibat persoalan perebutan energi dan sumber pangan," kata dia dalam kuliah umum bertema `Menyiapkan Generasi Muda Menghadapi Tantangan Global` itu.

Ia menjelaskan pada 2039 diperkirakan jumlah penduduk dunia mencapai 11,6 miliar jiwa, di mana 80,2 persen atau 9,2 miliar jiwa dari jumlah tersebut hidup di luar wilayah ekuator yang kesulitan dan mencari sumber pangan, air, serta energi di daerah ekuator termasuk Indonesia.

"Jika saat ini konflik terjadi akibat penguasaan energi fosil, maka konflik masa depan akan bermotif penguasaan sumber pangan, air bersih, dan bio energi," katanya.

Sementara itu, menurut dia, mengingat kondisi geografis Indonesia yang memiliki potensi vegetasi sepanjang tahun serta kekayaan alamnya, maka Indonesia merupakan negara sumber energi, pangan, dan air bersih yang berpotensi akan menjadi incaran kepentingan nasional negara asing.

Menurut Gatot, sifat dan karakteristik perang telah bergeser seiring dengan perkembangan teknologi.

Sehingga, kata dia, kemungkinan terjadinya perang konvensional semakin kecil, namun adanya tuntutan kepentingan kelompok telah menciptakan perang jenis baru, antara lain perang proksi.

Adapun perang proksi tersebut, menurut dia, sesungguhnya telah berlangsung di Indonesia dalam bermacam bentuk, seperti gerakan sparatis, peredaran narkoba, serta memunculkan bentrok antarkelompok.

Menurut dia, sejumlah aksi yang dapat dilakukan mahasiswa untuk menangkal perang proksi di antaranya dengan selalu mengidentifikasi dan mengenali masalah, ahli dalam bidang disiplin

ilmu masing-masing, melakukan gerakan pemuda berbasis wirausaha, mengadakan komunitas belajar, serta merintis program pembangunan karakter.

"Mahasiswa harus mampu membentuk karakter individu yang kuat dan berwawasan kebangsaan, sehingga mampu menghancurkan perang proksi di Indonesia," katanya.

  KR-LQH