Akademisi: pengembangan wilayah memerlukan pemimpin dinamis

id akademisi: pengembangan wilayah

Akademisi: pengembangan wilayah memerlukan pemimpin dinamis

Ilustrasi (Foto kenduricinta.com)

Jogja (Antara Jogja) - Pengembangan wilayah memerlukan pemimpin yang mampu menggerakkan dinamika pembangunan menuju cita-cita mulia, kata Guru Besar Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Baiquni.

"Dalam konteks itu diperlukan falsafah atau wawasan yang memberikan inspirasi bagi praktik pembangunan. Dalam hal ini perlu dikembangkan kepemimpinan dengan perspektif spiritual," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, konsep pembaruan yang ditawarkan berakar pada kemanusiaan dan kewilayahan yakni tugas manusia sebagai pemimpin di bumi dan kepemimpinan yang membawa berkah dan rahmat bagi semesta.

"Dengan konsep tersebut diharapkan bisa memberikan solusi peradaban bagi kerumitan masalah kemiskinan, kesenjangan antarwilayah hingga degradasi lingkungan dan pemanasan global serta perubahan iklim," katanya.

Ia mengatakan paradigma archipelago merupakan cara pandang yang menghargai keragaman ekosistem dan kemajemukan masyarakat yang menempati wilayah kepulauan. Cara pandang ini sesuai dengan dalil bahwa semakin beragam suatu entitas, semakin kuat daya tahan ekosistem.

"Setiap wilayah mempunyai entitas alam dan budaya dengan kekhasan, keunikan, dan keunggulan masing-masing sehingga perlu ditumbuhkembangkan," katanya.

Menurut dia, beragam kearifan lingkungan yang terbentang di banyak kepulauan dengan keragaman budaya bisa menjadi khazanah ilmu pengetahuan dan pengalaman sebagai solusi untuk mengatasi masalah.

Contohnya, di Minangkabau ada kearifan dalam proses belajar kehidupan dengan lingkungan sekitar sebagaimana termaktub dalam istilah "Alam tatakambang menjadi guru" dan terkait dengan sistem hukum yang didasarkan pada "adat bersandi syarak, syarak bersandi kitabullah".

Di Bali ada kearifan hubungan manusia terkait dengan "trihita karana - palemahan, pawongan, dan parahyangan". Dalam masyarakat Minahasa terdapat kearifan "sitou timou tumou tou" yang maknanya adalah memanusiakan manusia.

"Oleh karena itu dalam pengembangan wilayah perlu menengok kembali kekuatan spiritual dan kearifan lokal sebagai upaya menemukan solusi yang dapat dimengerti dan dipahami oleh masyarakat setempat sampai akar rumput," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024