Bantul belum terima laporan kekeringan daerah irigasi

id irigasi sawah bantul

Bantul belum terima laporan kekeringan daerah irigasi

Jaringan irigasi (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Sumber Daya Air Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga pekan ini belum menerima laporan dari juru pengairan tentang adanya potensi kekeringan di daerah irigasi wilayah setempat akibat musim kemarau tahun ini.

"Untuk musim kemarau ini jelas ada potensi penurunan debit air, namun sampai saat ini belum ada laporan dari juru pengairan tentang adanya potensi kekeringan di daerah irigasi," kata Kepala Bidang Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Dinas Sumber Daya Air Bantul, Wagiyo, Jumat.

Menurut dia, debit air sungai yang melintas di wilayah Bantul memang mengalami penurunan, bahkan diperkirakan menyusut hingga 50 persen, namun kondisi tersebut belum sampai mengakibatkan atau potensi kekeringan di daerah irigasi.

Ia mengatakan, setidaknya ada seratus daerah irigasi dengan luasan sekitar 8.633 hektare di Bantul yang menjadi kewenangan instansinya untuk terus dipantau kebutuhan air irigasi, daerah irigasi itu sebagian besar ada dii Bantul tengah antara Sungai Opak dan Progo.

"Untuk antisipasi di musim kemarau ini sudah ada koordinasi dengan juru pengairan, dan juga melakukan monitoring kaitannya pelaksanaan masa tanam ketiga ini, kami juga minta mereka melaporkan hasil pemantauannya," katanya.

Ia mengatakan, suplai air ke daerah irigasi di Bantul berasal dari bendung-bendung sungai, misalnya di Sungai Winongo itu yang mana dialirkan melalui saluran primer, kemudian saluran sekunder, saluran air itu menjadi tugas juru air dalam pemantauannya.

Menurut dia, meski belum ada laporan kekeringan, namun potensi kekeringan lahan pertanian akibat kesulitan irigasi berpotensi terjadi, hal itu disebabkan karena pada September ini sudah memasuki puncak kemarau.

Selain musim kemarau yang menurut prediksi akan hingga terjadi pada Oktober mendatang, kata dia potensi kekeringan juga diakibatkan masih banyaknya petani di daerah hulu yang memanfaatkan air irigasi secara berlebih sehingga menyebabkan pembagian air irigasi tidak merata.

"Masih ada petani `nakal` yang memaksa menanam padi terutama petani di daerah hulu, akibatnya petani yang ada di daerah paling hilir tidak bisa mendapat air karena kehabisan, bahkan untuk menanam palawija sekalipun," katanya.

(T.KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024