Disperindagkoptan Yogyakarta dorong pengembangan bisnis makanan tradisional

id disprindagkoptan kota yogya

Disperindagkoptan Yogyakarta dorong pengembangan bisnis makanan tradisional

Juminem (71) menjual makanan tradisional Tempe Bengok di Pasar Tradisional Sentolo, Kulon Progo, Daerah istimewa Yogyakarta (Foto ANTARA/Mamiek)

Jogja (Antara Jogja) - Disperindagkoptan Kota Yogyakarta mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah untuk mengembangkan bisnis makanakan tradisional agar mampu bersaing dengan berbagai makanan lain yang umum dikenal masyarakat.

"Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggelar lomba dan melakukan `workshop` untuk menentukan rencana aksi pengembangan potensi bisnis makanan tradisional," kata Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, Kota Yogyakarta memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan bisnis makanan tradisional sehingga bisa bersaing dengan berbagai makanan lain, khususnya makanan dari luar negeri yang justru menjadi makanan yang dianggap bergengsi oleh masyarakat.

Keunggulan lain yang terkadang dimiliki oleh makanan tradisional, lanjut Suyana, adalah memiliki kandungan gizi dan bahkan memiliki kasiat sebagai obat.

Ia menyebut, keanekaragaman makanan tradisional menjadi kekuatan yang dimiliki oleh Kota Yogyakarta, selain bahan baku yang dapat ditemui sehari-hari secara mudah.

"Akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Yogyakarta juga menjadi bagian penting. Para akademisi tersebut bisa membantu pengembangan teknologi di bidang makanan. Misalnya agar makanan lebih awet," katanya.

Berdasarkan data Disperindagkoptan Kota Yogyakarta, sekitar 75 persen usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang tergabung dalam forum komunikasi di tiap kecamatan adalah pengusaha di bidang makanan, termasuk di dalamnya makanan tradisional.

Hanya saja, lanjut dia, pelaku usaha makanan tradisional tersebut belum memiliki kecakapan untuk mengolah dan memproduksi makanan dengan baik. "Masih harus dilakukan perbaikan misalnya untuk pengemasan, hingga penggunaan bahan tambahan makanan," katanya.

Sementara itu, dosen tata boga Akademi Kesejahteraan Sosial AKK Yogyakarta Nurwahyuni mengatakan, makanan tradisional Yogyakarta memiliki potensi untuk bersaing dengan makanan lain.

"Makanan tradisional berani bersaing dengan makanan lain, hanya saja perlu ada perbaikan dan inovasi apabila makanan tersebut ingin dipasarkan ke luar daerah hingga ke luar negeri," katanya.

Ia mengatakan, inovasi terhadap makanan tradisional sudah mulai banyak dilakukan oleh pelaku usaha seperti dengan membuat gudeg kaleng atau membuat makanan tradisional instan.

"Perlu ada pengembang teknologi pangan sehingga makanan-makanan trandisional yang sudah dikemas tersebut tetap memiliki kandungan gizi yang baik dan memiliki citarasa yang tetap enak," katanya.

Sementara itu, lomba olahan makanan tradisional yang digelar Disperindagkoptan diikuti 45 tim yang masing-masing mewakili setiap kelurahan yang ada di Kota Yogyakarta. Bahan baku utama yang digunakan oleh peserta berasal dari umbi-umbian.

Selain mengenalkan makanan tradisional, lomba tersebut juga ditujukan untuk meningkatkan konsumsi umbi-umbian oleh masyarakat sehingga tidak terlalu tergantung pada konsumsi padi-padian. (E013)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024