Kearifan lokal Suku Tengger dikupas IPB

id kearifan lokal suku

Kearifan lokal Suku Tengger dikupas IPB

Index 2014 (Foto Istimewa)

Bogor (Antara Jogja) - Kearifan lokal Suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, dikupas dalam rangkaian kegiatan "Indonesian Ecology Expo" 2014 di Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor pada awal November mendatang.

"Bentuknya berupa 'talkshow' dengan tema 'Kearifan Lokal Suku Tengger: Model Keselarasan Alam di Kaki Gunung Bromo'," kata Ketua Panitia "Indonesian Ecology Expo" (INDEX) 2014 Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM-FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Ferdhian Irvandiaz di Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Didampingi Humas INDEX 2014 Umu Rohmah, ia menjelaskan bahwa dengan mengangkat suku Tengger, yaitu sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur dapat menjadi gambaran perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.

"Kita diharapkan dapat berkaca dalam mengambil tindakan bagi kehidupan serta menjadi lebih peka dengan keberlanjutan nilai-nilai luhur budaya dan lingkungan sekitar kita," katanya.

Ia mengatakan kearifan lokal kini menjadi topik yang menarik dibicarakan di tengah semakin menipisnya sumber daya alam dan peliknya upaya pemberdayaan masyarakat.
"Kearifan turut menjadi elemen penentu keberhasilan pembangunan sumber daya masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam," katanya.

Ia menjelaskan kupasan mengenai suku Tengger itu dikemas dengan tema besar "Pembangunan Desa Berbasis Kearifan Lokal" dengan dengan pembicara Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) kabinet Jokowi, Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)  Abdon Nababan, dan dosen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM) FEMA IPB Arya Hadi Darmawan.

Dalam kegiatan yang puncaknya berlangsung pada Minggu (2/11) mendatang, sesi serupa juga akan dibahas mengusung tema "Kearifan Lokal, Model Keselarasan Alam di Kampung Kuta, Ciamis, Jawa Barat". Narasumber yang dihadirkan adalah kepala adat Kampung Kuta, Ciamis, Jabar.

Mengenai mengapa harus Kampung Kuta, menurut  Ferdhian Irvandiaz, karena kampung tersebut adalah salah satu daerah yang masih kental denga kearifan lokalnya.

Sementara itu, Umu Rohmah menambahkan beberapa rangkaian kegiatan selama INDEX 2014 di antaranya lomba esai, fotografi, film dokumenter, dan Eco Design In Action (Ecodiction).

Pada Ecodiction  yang dipusatkan di Gedung Graha Widya Wisuda (GWW) Kampus IPB Dramaga juga akan dilakukan peragaan busana. Peragaan busana itu unik dan berbeda dari kegiataan sejenis umumnya karena bahan-bahan yang digunakan adalah bahan-bahan sisa dan daur ulang.

Dalam acara itu model akan mengenakan pakaian dan aksesoris dari bahan-bahan daur ulang dan bahan-bahan sisa. "Jadi, jangan kaget karena barang-barang tersebut akan disulap menjadi pakaian serta pernak pernik lucu dan menakjubkan," katanya.

Acara lainnya berupa pawai dan "Real Action" dengan sebagai aksi nyata mahasiswa untuk mempelajari budaya dan kearifan lokal.

Ia menjelaskan "Real Action" pada INDEX 2014 dipusatkan di Kampung Kuta, Desa Karangpaninggal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jabar,  pada 19-21 September, di mana peserta melakukan riset terkait tema yang telah diusung yakni "Expo Budaya dan Lingkungan" dengan sub-tema "The Secret Of Kampung Kuta: Harta Karun Yang Terpendam".

Dalam kegiatan tersebut, peserta melakukan riset dan pengamatan, dan juga dapat belajar kebudayaan dan kearifan lokal Kampung Kuta dengan melihat dari berbagai aspek yang dapat digali dari kehidupan masyarakat setempat.

Bagi mahasiswa dan masyarakat umum yang berminat pada kegiatan-kegiatan tersebut, kata Umu Rohmah, bisa menghubungi panitia INDEX 2014 BEM-FEMA IPB Gedung Plasma Lt2 Jalan Kamper, Kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor 16680 dengan alamat surat elektronik bemfemaipb@yahoo.com atau melalui telepon dengan Ferdhian Irvandiar 0838-04567836.

(A035)

Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024