Prof Dr Pratikno Di Mata Tetangga

id prof dr pratikno

Prof Dr Pratikno Di Mata Tetangga

Prof Dr Pratikno, M Soc,Sc (Foto ugm.ac.id)

Jogja (Antara Jogja) - Kediaman Prof Dr Pratikno MSoc Sc tampak sepi beberapa jam sebelum namanya diumumkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Sekretaris Negara Kabinet Kerja 2014-2019, Minggu (26/10).

Pantauan Antara dari depan kediaman rektor Universitas Gajah Mada (UGM) periode 2012-2017 di RT 03, RW 25, Dusun Jaban, Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngagglik, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta itu sekitar pukul 15.00 WIB tidak terlihat aktivitas berarti. Kecuali beberapa awak media yang lalu lalang memantau aktivitas di sekitar kediaman pria kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, itu.

"Sudah sejak sepekan yang lalu kediaman beliau sepi, Mas," kata Wahono Widodo, ketua RT yang merupakan tetangga dekat Prof Pratikno kepada wartawan, Minggu.

Wahono Widodo juga mengaku, sebelumnya tidak tahu-menahu bahwa tetangga dekatnya itu bakal didapuk menjadi salah satu menteri pilihan Presiden Joko Widodo.

Ketidak-tahuan itu, kata Wahono, bukan dikarenakan tidak adanya komunikasi antara Pratikno dengan tetangga dekatnya, melainkan sosok tersebut sejak menjadi tetangganya tahun 1996 selalu menunjukkan diri sebagai pribadi yang sederhana dan biasa saja kepada tetangga. "Ya saya bersyukur kalau beliau menjadi menteri. Beliau pantas," kata dia.

Mulai menjadi dosen di UGM, hingga mendapatkan jabatan strategis di kampus terkemuka di Yogyakarta itu, menurutnya, Pratikno tidak pernah sesumbar mengenai jabatannya. Apalagi, ketika akan dipilih sebagai menteri pun tidak pernah bercerita apapun kepada tetangga.

"Saya baru tahu dari media, beliau (Pratikno) seminggu lalu hanya bilang dan memohon maaf kalau belakangan ini dirinya sibuk terus di Jakarta," kata dia.

Menurut dia, Pratikno beserta istrinya, Siti Faridah dan tiga putrinya, yaitu Anisa Firdia Hanum, Hilda Mutia Hanum, dan Gita Nadia Hanum, dikenal sebagai keluarga yang ramah dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Hanya saja, semenjak menjabat rektor UGM, Pratikno cenderung mengurangi keterlibatan langsung terhadap sejumlah aktivitas warga.

"Pak Pratik sering ikut kendurian warga saat jadi dosen, namun saat beliau menjabat rektor mulai jarang, namun tetap tanya-tanya keperluan yang dibutuhkan warga. Tidak jarang beliau menyumbangkan konsumsi dan bahan bangunan ketika ada pembangunan di desa," kata Wahono.

Menurut Wahono, Pratikno juga dikenal secara rutin setiap tahun sekali memberikan santunan kepada warga sekitarnya yang tidak mampu.

Sementara itu, Sarjiah (34) tetangga dekat Pratikno lainnya, juga mengaku gembira tetangganya dipilih Presiden sebagai menteri. Ibu rumah tangga itu mengaku bangga menjadi tetangga seorang menteri. "Alhamdulillah jadi tetangganya menteri. Paling tidak kalau nanti ada aspirasi warga, bisa lebih mudah disampaikan ke pusat," kata dia.

Sebagai tetangga ia mengatakan hanya bisa berharap Pratikno dapat mengemban tugasnya membantu pemerintahan baru Presiden Joko Widodo. Meskipun di sisi lain tetap tidak melupakan tetangganya.

Sesaat menjelang pengumuman kabinet baru oleh Presiden Joko Widodo pukul 17.00 WIB, suasana di lingkungan sekitar rumah Pratikno lengang.

Sementara Wahono dan keluarganya telah memfokuskan konsentrasinya ke layar televisi, menyimak Presiden Jokowi mengumumkan susunan kabinet. Saat nama Pratikno disebutkan oleh Presiden Jokowi di urutan yang pertama dari 34 menterinya, sebagai Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) mereka pun bersorak gembira.

"Hore...Pak Pratikno jadi menteri," teriak mereka sontak kegirangan.

Pratikno yang lahir di Bojonegoro pada 13 Februari 1962 ini terpilih sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada Maret 2012 untuk masa jabatan 2012-2017.

Ia sebelumnya dinobatkan menjadi Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM pada 2010 dan menjabat dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.

Pada 2009, akademisi yang hijrah ke Yogyakarta untuk menimba ilmu di bidang politik dan pemerintahan tersebut mendapat kepercayaan dari KPU untuk menjadi salah satu pemandu Debat Calon Presiden 2009.

Pria berusia 52 tahun ini meraih gelar Profesor bidang Ilmu Politik dari UGM pada Desember 2008 serta gelar doktor di Flinders University of South Australia jurusan Asian Studies (1997).

Orang nomor satu di UGM ini bergabung menjadi pengajar sejak tahun 1986, yakni setahun setelah ia mendapatkan gelar sarjananya.

Kemudian, ia ditunjuk menjadi Direktur Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Politik Konsentrasi Politik Lokal dan Otonomi Daerah sejak 2003 sampai sekarang.

Profesor yang diangkat sebagai tim seleksi anggota KPU dan Bawaslu ini banyak menulis artikel terkait bidang keahliannya, salah satunya berjudul "Seandainya Otonomi Tanpa Kerja Sama dalam Kompleksitas dan Tawaran Format Kelembagaan" yang dipublikasikan pada 2007.

(KR-LQH)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024