Pemkot Yogyakarta gelar ritual "jamasan" pusaka

id pemkot

Pemkot Yogyakarta gelar ritual "jamasan" pusaka

Pemda Kota Yogyakarta (Istimewa)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Pemerintah Kota Yogyakarta kembali menggelar ritual rutin tahunan yaitu "jamasan" pusaka pemberian Sri Sultan Hamengku Buwono X berupa Tombak Kyai Wijaya Mukti yang selama ini ditempatkan di ruang kerja Wali kota Haryadi Suyuti.

"Tujuan `jamasan` adalah membersihkan pusaka sekaligus mencegah terjadinya karat pada mata tombak," kata Abdi Dalem Keprajan Raden Riyo Widyohadinegoro di sela-sela "jamasan" pusaka di halaman Air Mancur kompleks Balai Kota Yogyakarta, Kamis.

Prosesi pembersihan tombak diawali dengan pengguntingan rangkaian melati yang tersemat di dekat pangkal mata tombak oleh Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya.

Tombak kemudian dibersihkan menggunakan cairan jeruk nipis dan disiram menggunakan air bersih kemudian dikeringkan menggunakan kawul atau serutan bambu apus. Proses tersebut dilakukan berulang kali hingga mata tombak bersih.

Proses selanjutnya adalah pemberian minyak pusaka ke mata tombak dan diakhiri dengan pemberian warangan yang berasal dari cairan arsenik sehingga mata tombak itu beracun.

"Kondisi mata tombak dan gagangnya masih cukup bagus. Hanya saja, ada sedikit retakan di tutup tombak. Sudah saya koordinasikan dengan Bagian Umum Pemerintah Kota Yogyakarta untuk proses penggantiannya," katanya.

Tombak Kyai Wijaya Mukti tersebut diserahkan ke Pemerintah Kota Yogyakarta bertepatan pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah Kota Yogyakarta pada 7 Juni 2000.

Tombak yang dibuat pada 1921 tersebut memiliki panjang tiga meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan daphur kudhuping gambir ini, memiliki landean (gagang) sepanjang 2,5 meter yang terbuat dari kayu walikukun.

Pusaka tersebut melambangkan dwi tunggal antara logam pilihan anti karat dengan unsur spiritual penciptanya yang terpancar dari aura pamornya. Tegaknya tombak pusaka Kyai Wijaya Mukti mengisyaratkan hubungan antara umat dan tuhan dan memiliki makna pasrah diri serta tunduk serta patuh.

Sedangkan dalam dimensi horisontal, memiliki makna bahwa sosok dalam dimensi horizontal, mengisyaratkan sosok pemimpin yang tanpa pamrih untuk melayani rakyat juga menghargai harkat dan martabat warganya.

"Karena itu, pusaka itu disemayamkan di kantor wali kota sehingga pemimpin kota bisa melihat dan memaknai pusaka itu. Saat melihat pusaka itu, pemimpin akan mengingat bahwa ia memiliki kewajiban untuk menyejahterakan rakyat," katanya.

Sementara itu, Aman mengatakan, kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen pemerintah daerah untuk ikut melestarikan tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat.

Selain pusaka milik Pemerintah Kota Yogyakarta, sejumlah pusaka milik karyawan Pemerintah Kota Yogyakarta juga ikut dibersihkan, termasuk sejumlah keris milik Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti.
(E013)
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024