Politeknik Seni siapkan SDM industri seni kreatif

id politeknik seni siapkan

Politeknik Seni siapkan SDM industri seni kreatif

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Sleman (Antara Jogja) - Politeknik Seni Yogyakarta terus berupaya menyiapkan sumber daya manusia di bidang industri kreatif seni, kriya, desain yang saat ini banyak menyerap tenaga kerja.

"Politeknik Seni Yogyakarta juga terus berupaya semakin intensif serta tersistem dalam melaksanakan pendidikan, agar `output` sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan memiliki profesionalisme yang tinggi, serta mampu bersaing menghadapi keadaan di tingkat global yang setiap saat berubah-ubah," kata Direktur Misi Politeknik Yogyakarta Agung Suryahadi, Jumat.

Menurut dia, Politeknik Seni Yogyakarta (Poliseni Yogyakarta) sebagai politeknik seni satu-satunya yang ada di Indonesia didirikan atas inisiatif Pusat Pengembangan dan Pembelajaran Pendidik dan Tenaga Pendidikan (PPPPTK) Seni dan Budaya Yogyakarta dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).

"Politeknik beroperasi resmi sejak 2001 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 142/D/0/2001," katanya.

Ia mengatakan tingkat penguasaan ilmu dan teknologi yang berhubungan dengan seni, kriya dan desain terus dimantapkan para dosen, serta memperhatikan pula tingkat kebutuhan masyarakat dalam negeri yang sangat beragam, bahkan dalam hal tertentu sangat spesifik karena dipengaruhi sumber daya alam dan budaya daerah.

"Untuk itulah perumusan kebijakan dalam pengembangan SDM perlu mengakomodasi kebutuhan yang beraneka ragam tersebut, tanpa meninggalkan filosofi dasarnya bahwa, pendidikan harus mampu membekali peserta didik dalam menghadapi kehidupan pada jamannya, lingkungannya dan sesuai dengan jenis serta jenjangnya," katanya.

Politeknik Seni Yogyakarta sejak 2003 telah menamatkan 933 orang mahasiswa sebagai calon pekerja di bidang industri kreatif seni, kriya dan desain. "Mereka diharapkan mampu menggerakkan sektor tersebut dengan membuka usaha, bekerja di perusahaan dan juga sebagai guru seni," katanya.

Agung mengatakan, sebagai uji coba, beberapa tahun terakhir ini Poliseni Yogyakarta juga menerima mahasiswa yang berkebutuhan khusus (bisu, tuli, buta warna). "Ternyata yang telah tamat empat orang prestasinya tidak kalah dengan mahasiswa yang normal, sedang yang masih belajar sebanyak lima orang," katanya.

Ia mengatakan, dari hasil studi tersebut, Poliseni ingin memberi kesempatan kepada mahasiswa yang berkebutuhan khusus yang memiliki motivasi kuat untuk maju sebagaimana halnya mahasiswa yang normal.

"Prestasi mahasiwa Politeknik Seni Yogyakarta dapat dibanggakan, hal ini nampak dari kejuaran-kejuaraan yang sering diraihnya dalam bidang animasi dan desain," katanya.

Model pembelajaran, kata dia, mengacu kepada pola kerja di Industri, yang menekankan kepada segi vokasinya. Mahasiswa dalam mata kuliah praktek dibimbing dosen sefektif mungkin dari pagi hingga sore hari.

"Dengan meodel perkuliahan seperti ini diharapkan setelah tamat mereka telah menguasai kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia industri terkait," katanya.

Ia mengatakan, profil tamatan adalah mampu membuat dan mampu memainkan, sehingga tidak sama dengan program studi lainnya di lingkup seni pertunjukan.

Misalnya, program Studi Karawitan atau Musik hanya mampu memainkan tetapi tidak mampu membuat. Ke depan, Politeknik Seni Yogyakarta akan memprogramkan konsentrasi pembelajaran untuk jenis seni yang nyaris punah seperti pembuatan gamelan dengan bahan logam, bambu, kayu sehingga jenis kesenian ini dapat tumbuh dan berkembang di daerahnya sendiri," katanya.

Politeknik Seni Yogyakarta bertekat mendidik kader-kader industriawan yang kreatif dan mampu mengembangkan dan mengemas seni budaya tradisional asli Indonesia lainnya.

"Untuk gagasan ini tentu saja Politeknik tidak mampu bekerja senidiri sehingga dibutuhkan kerjasama dengan pihak lainnya seperti dengan industri terkait, pemerintah pusat maupun daerah serta masyarakat yang peduli dengan pengembangan industri seni, kriya dan desain," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024