Dinas: tingginya harga Elpiji bukan faktor kelangkaan

id harga elpiji langka

Dinas: tingginya harga Elpiji bukan faktor kelangkaan

Elpiji 3kg (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Tingginya harga elpiji bersubsidi di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta bukan disebabkan karena faktor kelangkaan barang tersebut, kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi setempat, Sulistyanto.

"Kalau pasokan elpiji ke pangkalan sejauh ini normal, tidak ada pengurangan, jadi kalau harga di tingkat pengecer itu mahal, bukan karena stok namun karena ada `oknum` yang memanfaatkan situasi ini," katanya di Bantul, Kamis.

Menurut dia, pihaknya mendapati laporan adanya konsumen yang mendapatkan elpiji ukuran tiga kilogram dengan harga Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per tabung, padahal harga normalnya berkisar antara Rp16 ribu sampai Rp17 ribu per tabung dari pangkalan elpiji.

Padahal kata dia, pasokan elpiji untuk Bantul dari Pertamina belum lama ini ada penambahan sekitar empat persen dari sebelumnya atau menjadi sekitar 22 ribu tabung per hari, untuk mengantisipasi tingginya permintaan elpiji saat musim hujan.

"Mahalnya harga elpiji memang baru-baru ini, karena saya mengatakan sebelumnya kondisi normal, namun kemungkinan ada "pemain" baru yang bermain dengan harga, terutama mereka yang dalam tanda kutip pengecer tidak resmi," katanya.

Ia mengatakan, pihaknya mengaku tidak mudah mengantisipasi maupun menindak pelaku yang mencari untung lebih, karena kondisi ini merupakan mekanisme pasar, apalagi di saat pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi beberapa waktu lalu ini.

"Sebenarnya kunci pengendalian ada di pangkalan, karena jika pangkalan menjaga stok dan tidak melepas (menjual) barang ke pengecer dengan jumlah yang banyak, maka kemungkian ada permainan harga kecil," katanya.

Sebagai solusi bagi masyarakat, kata dia pihaknya hanya mengimbau kepada konsumen agar mengupayakan membeli barang bersubsidi tersebut langsung ke pangkalan, karena harga yang diberlakukan di pangkalan masih normal.

"Saya katakan harga normal di pangkalan Rp16 ribu, sampai Rp17 ribu per tabung, kalau ingin harga normal langsung saja ke pangkalan, karena kalau ke pengecer bisa Rp22 ribu, itu karena mungkin kulakannya dari `oknum` atau pihak yang tidak resmi," katanya.

(T.KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024