2.300 KK di Bantul rawan terdampak longsor

id BPBD

2.300 KK di Bantul rawan terdampak longsor

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto (Foto ANTARA/Sidik)

Bantul (Antara Jogja) - Sekitar 2.300 kepala keluarga di wilayah Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tinggal di daerah rawan bencana tanah longsor, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat Dwi Daryanto.

"Hasil kajian kami sampai dengan akhir Desember 2014 ini ada sekitar 2.300 KK yang masuk di `zona merah` longsor, mereka tersebar di 15 desa," katanya di Bantul, Kamis.

Menurut dia, 15 Desa tersebut di antaranya Desa Srimartani dan Srimulyo Piyungan, Desa Mangunan dan Munthuk Dlingo, Desa Selopamioro dan Wukirsari Imogiri, Desa Wonolelo Pleret, Seloharjo Pundong, serta Sendangsari dan Triwidadi.

"Hampir di 15 desa tersebut mempunyai wilayah zona merah longsor walaupun bervariasi, dan tidak semua desa itu daerahnya rawan longsor, namun ada beberapa wilayah saja yang masuk zona merah," katanya.

Ia mengatakan, ribuan KK yang tersebar di 15 desa dikatakan rawan longsor karena di sekitar mereka tinggal terdapat tebing-tebing terjal dengan kondisi tanah yang labil, sehingga ketika hujan dengan intensitas tingfi tebing rawan longsor.

"Terkait tingkat kemiringan tebing berkisar antara 40 sampai 50 derajat, jadi berbahaya bagi warga yang tinggal di sekitar tebing, apalagi sebagian besar tebing tidak dibuat secara terasiring, sehingga potensi bahaya," katanya.

Menurut dia, untuk mengantisipasi korban jiwa akibat bencana tersebut, pihaknya akan terus melakukan edukasi warga yang tingal di zona merah longsor itu, dan upaya mitigasi bencana baik struktral maupun nonstruktural.

"Mitigasi struktural yakni berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (DPU), misalnya dengan membangun bangket atau apapun, sedangkan mitigasi nonstruktural dengan pendekatan ke masyarakat agar sadar bahwa mereka tinggal di daeran rawan bencana," katanya.

Sementara itu, berdasarkan data kejadian tanah longsor yang diterima BPBD Bantul, hingga saat ini sudah ada sembilan kejadian, satu kejadian di antaranya mengakibatkan rumah bagian belakang rusak, sementara lainnya tidak mengakibatkan kerugian.

(KR-HRI)