Jogja (Antara Jogja) - Mitigasi bencana yang baik dapat menyelamatkan nyawa penduduk sekaligus membuat masyarakat menjadi tahan terhadap bencana, kata Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia Widodo.
"Mitigasi bencana dapat didukung elemen sains dan teknologi yang dipersiapkan oleh kalangan perguruan tinggi," katanya pada diskusi dan refleksi akhir tahun 2014 bertema "Mitigasi Bencana Berbasis Sains dan Teknologi", di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, peristiwa bencana yang melanda Indonesia tidak hanya menimbulkan keprihatinan, tetapi juga kepedulian dari berbagai pihak termasuk komunitas akademik.
"Indonesia memang dikenal sebagai negara laboratorium bencana mengingat beragamnya potensi bencana yang ada di negeri ini baik bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami maupun bencana karena faktor sosial seperti kerusuhan.
Meskipun demikian, kata dia, perhatian untuk mengelola bencana-bencana tersebut masih terfokus pada upaya penanganan pascabencana bukan pada tahap mitigasinya.
Ia mengatakan anggaran penanganan bencana pun sebagian besar tersedot untuk proses tanggap bencana, rekonstruksi, dan rehabilitasi, sedangkan proses pembangunan ketahanan masyarakat terhadap bencana itu sendiri masih minim. "Padahal di negara-negara maju, tahap mitigasi bencana mendapat porsi perhatian yang besar," katanya.
Menurut dia, salah satu kontribusi sains dan teknologi dalam mitigasi bencana adalah teknologi terapan tepat guna dalam membuat bangunan rumah yang tahan gempa.
Fokus dari teknologi itu adalah mendesain bangunan rumah yang dapat tetap berdiri hingga penghuninya mempunyai waktu untuk keluar ke tempat yang lebih aman.
"Untuk membuat bangunan yang memiliki kriteria semacam itu tidak selalu membutuhkan teknologi yang rumit dan canggih," kata pakar bangunan tahan gempa Universitas Islam Indonesia (UII) itu.
Wakil Rektor I UII Ilya Fadjar Maharika mengatakan universitas memiliki tanggung jawab untuk memproduksi ilmu pengetahuan yang dapat berkontribusi bagi masyarakat. "UII harus mampu menjadi gudang ilmu pengetahuan khususnya dalam konteks kebencanaan yang dapat digali oleh setiap orang yang membutuhkan," katanya.
Menurut dia, peran itu strategis dan relevan dengan kondisi Indonesia yang rawan bencana. "Universitas wajib berperan untuk menyebarluaskan ilmu kepada masyarakat hingga mereka memiliki pengetahuan yang mengakar dan membentuk kebudayaan yang paham terhadap potensi bencana," katanya.
(B015)
Berita Lainnya
Hujan lebat disertai petir terpa Indonesia
Kamis, 25 April 2024 7:33 Wib
Alarm bencana bakal dipasang di Gunung Semeru, Lumajang, Jatim
Selasa, 23 April 2024 5:06 Wib
Erupsi Gunung Ruang, Sulut, rusakkan 3.614 rumah-fasilitas publik
Senin, 22 April 2024 18:04 Wib
Status Gunung Ruang, Sulut, turun, skenario evakuasi warga tetap penting
Senin, 22 April 2024 14:10 Wib
Erupsi Gunung Ruang, Sulut, rusakkan 498 rumah dan fasilitas publik
Minggu, 21 April 2024 18:37 Wib
12 rumah warga tertimbun longsor
Minggu, 21 April 2024 10:45 Wib
Helikopter disiagakan untuk penanganan darurat pascaerupsi Gunung Ruang, Sulut
Sabtu, 20 April 2024 21:33 Wib
Banjir landa Pakistan-Afghanistan, 168 orang meninggal
Sabtu, 20 April 2024 21:24 Wib