Dosen UGM buat pendeteksi longsor mudah dioperasikan

id dosen UGM yogya

Dosen UGM buat pendeteksi longsor mudah dioperasikan

Universitas Gadjah Mada (Foto Istimewa)

Jogja (Antara Jogja) - Dosen Jurusan Teknik Fisika Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Sunarno membuat alat deteksi tanah longsor yang mudah dioperasikan masyarakat.

"Alat itu dibuat sebagai sistem peringatan dini bencana tanah longsor. Alat itu dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti megaphone atau sirine, tali nilon, senar, meteran, isolator plastik, dan bandul timah/batu," kata Sunarno di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, masyarakat bisa membuat sendiri alat peringatan dini longsor semacam itu dengan hanya mengandalkan sirine dari megaphone. Cara kerja sistem peringatan dini longsor itu juga sederhana dan mudah dipahami.

"Untuk membuat alat sederhana itu saya bersama tim hanya menghabiskan dana sekitar Rp300 ribu. Dana itu hanya untuk membuat sirine," katanya.

Ia mengatakan sirine yang dipasang di rumah warga itu terhubung oleh seutas tali nilon. Namun, sebelumnya tombol alarm sirine dalam posisi "on".

Tali pemicu agar sirine berbunyi disambungkan isolator dari bahan mika tipis yang terletak di antara baterai dan penutup baterai. Apabila tali pemicu alarm itu tertarik maka sirine akan berbunyi.

"Kami mendesain setiap pergerakan rekahan tanah dengan jarak 2 cm maka akan memicu tegangan pada tali jemuran yang dipasang antarpohon di lereng bukit. Tali jemuran yang mengalami regangan kemudian memicu ikut tertariknya tali nilon," katanya.

Menurut dia, fungsi meteran yang dipasang vertikal pada pohon dan bangunan digunakan untuk mengetahui jarak rekahan yang ditunjukkan oleh pergerakan bandul yang tertarik ke atas oleh senar pancing.

"Bandul tertarik ke atas akibat ujung talinya yang lain di tambatkan pada pohon atau patok yang ikut pergerakan longsoran," katanya.

Ia mengatakan alat itu sudah dipasang di tiga lokasi yang berada di Dusun Keceme, Gerbosari, Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo dan Desa Ngalang, Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, yang merupakan wilayah rawan longsor.

"Pemasangan alat itu atas permintaan masyarakat setempat karena khawatir ancaman longsor, yang saya banggakan alat tersebut sudah terbukti melindungi warga dari ancaman longsor," katanya.

Menurut dia, saat alat itu dipasang, tim hanya mengandalkan megaphone sebagai sirine karena alat tersebut didesain kurang lebih lima menit saat tiba di lokasi. Setelah setahun berselang, alat dikembangkan dengan membuat sirine buatan bengkel lokal.

"Bunyi sirine bersumber dari tegangan listrik baterai yang bisa tahan selama enam bulan. Baterai hanya difungsikan jika ada proses pergerakan tanah," katanya.

Ia mengatakan alat sederhana itu diharapkan bisa dibuat masyarakat yang berada di daerah rawan longsor. Dirinya bersedia membantu apabila masyarakat menghendaki pemasangan alat tersebut di lokasi.

"Kami telah bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY untuk pemasangan alat tersebut. Masyarakat di wilayah DIY yang membutuhkan bisa meminta langsung ke BPBD," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Heru Jarot Cahyono
COPYRIGHT © ANTARA 2024