Kasus DB di Yogyakarta meningkat sepanjang januari

id demam berdarah

Kasus DB di Yogyakarta meningkat sepanjang januari

Pasien penderita demam berdarah (Foto Antara/doc)

Yogyakarta (Antara Jogja) - Kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta sepanjang Januari tahun ini meningkat dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sehingga seluruh masyarakat diminta waspada dan melakukan langkah untuk mengantisipasi penyebarannya.

"Jika didasarkan pada data, jumlah kasus demam berdarah (DB) sepanjang bulan ini tercatat 40 kasus. Sedangkan periode yang sama tahun lalu 19 kasus," kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, pasien demam berdarah sepanjang Januari didominasi oleh anak-anak berusia tujuh hingga 12 tahun. Bahkan, pada bulan ini terdapat satu kematian pelajar sekolah dasar yang diduga disebabkan demam berdarah.

"Kami masih melakukan audit terhadap kasus kematian itu dengan menyelidikinya lebih dalam, apakah ada penyakit penyerta atau kondisi lain," ujarnya.

Ia memastikan, meskipun terjadi peningkatan yang signifikan pada kasus demam berdarah, namun seluruh pasien bisa tertangani oleh rumah sakit, sehingga tidak ditemukan pasien yang harus dirawat di luar bangsal.

"Jumlah rumah sakit di Kota Yogyakarta cukup banyak, sehingga seluruh pasien bisa tertangani. Tidak sampai terjadi `overload` pasien," ucapnya.

Ia pun menegaskan, Kota Yogyakarta belum perlu menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) atas peningkatan kasus demam berdarah di wilayah tersebut.

Penetapan KLB perlu didasarkan pada sejumlah faktor, seperti kondisi sosial masyarakat dan tidak semata-mata berdasarkan peningkatan kasus.

Meskipun demikian, lanjut Yudiria, upaya antisipasi penyebaran penyakit dilakukan hampir sama bahkan melebihi antisipasi yang dilakukan apabila daerah tersebut menetapkan status KLB.

Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta sudah melayangkan surat edaran ke kecamatan dan kelurahan pada Senin (26/1) untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap demam berdarah. Surat edaran itu diharapkan bisa diteruskan hingga ke RW atau RT.

Selain itu, pada Desember 2014, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta sudah menyampaikan surat edaran ke seluruh puskesmas untuk meningkatkan kesiapan menghadapi merebaknya demam berdarah.

Berdasarkan data, kecenderungan peningkatan kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta terjadi pada Januari hingga April karena kondisi cuaca mendukung perkembangbiakan nyamuk, sedangkan kasus kematian muncul pada Maret hingga April.

Sementara itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegah penyebaran demam berdarah adalah pemberantasan sarang nyamuk secara rutin untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk hingga ke jentiknya.

Selain itu, masyarakat perlu mewaspadai gejala demam berdarah, seperti kondisi demam dengan menghitung jam dimulainya demam.

"Mencatat waktu awal mula panas sangat penting untuk mengetahui waktu kritis demam berdarah sehingga dokter bisa mengambil upaya penanganan yang tepat sekaligus untuk mengurangi risiko kematian," tuturnya.

Ia mengatakan, jika panas terjadi pada hari pertama atau kedua, pasien bisa ditangani di puskesmas, namun jika panas masih terjadi pada hari keempat atau kelima, maka pasien harus segera dilarikan ke rumah sakit.

Sementara itu, District Surveillance Officer Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Rubangi mengatakan, kasus demam berdarah banyak terjadi di wilayah perbatasan kota dengan kabupaten sekitar.

"Oleh karena itu, perlu dilakukan kegiatan bersama antara kota dan kabupaten dalam menangani demam berdarah. Misalnya saja, melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk bersama-sama," ujarnya.

Sepanjang 2014, jumlah kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 418 kasus dengan tiga kematian.
(E013)
Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024