Aptisi: perguruan tinggi harus tingkatkan daya saing

id perguruan tinggi

Aptisi: perguruan tinggi harus tingkatkan daya saing

Edy Suandi Hamid (Foto Istimewa)

Jogja (Antara Jogja) - Perguruan tinggi di Indonesia harus meningkatkan daya saing agar bisa masuk jajaran perguruan tinggi yang baik pada level global, kata Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid.

"Hal itu bukan sesuatu yang mustahil. Jika kita melihat pengalaman Malaysia, yang dalam tiga dekade terakhir sangat pesat pertubuhannya, maka kita pun bisa mengikutinya," katanya di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, pada masa lalu Malaysia banyak mengirimkan pelajar dan mahasiswanya ke Indonesia, dan sampai sekarang banyak menggunakan tenaga pengajar di perguruan tingginya dari Indonesia, bisa menyumbangkan 19 perguruan tinggi dalam 300 terbaik Asia.

"Tiga perguruan tinggi di antaranya masuk 100 terbaik. Bahkan, satu di antaranya yakni Universiti Kebangsaan berada pada peringkat 32 Asia versi QS tersebut," kata mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu.

Ia mengatakan penguatan pendidikan itu memang harus didukung posisi sumber daya manusia yang baik. Peta kelemahan sumber daya manusia Indonesia memang bukan hanya pada level pendidikan tinggi tetapi juga jenjang lebih rendah.

"Selama ini kita masih tertinggal dibanding negara seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina, dan dalam beberapa hal bahkan di bawah Brunei Darussalam," katanya.

Menurut dia, pendidikan angkatan kerja Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia. Hal itu tentu mempengaruhi daya saing tenaga kerja Indonesia saat Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diberlakukan. "Pemerintah mau tidak mau harus mengakselerasi agar pendidikan angkatan kerja itu semakin meningkat," katanya.

Ia mengatakan hal itu bisa dilakukan dengan memperbesar akses masuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, yang bagi sebagian besar rakyat masih terbilang mahal dan sulit masuk tanpa dukungan biaya dari pemerintah termasuk pembebasan biaya pendidikan.

"Lembaga pendidikan tinggi tidak bisa lagi hanya sekadar mengeluarkan ijazah tanpa melihat sejauh mana kompetensi di balik ijazah tersebut, serta kemampuan keterampilan yang melekat hingga kemampuan lulusannya untuk memperoleh sertifikasi sesuai keahliannya," katanya.

Menurut dia, tanpa adanya ketiga hal tersebut, lulusan perguruan tinggi Indonesia akan sulit masuk ke bursa kerja ASEAN. "Bahkan yang sebaliknya terjadi, Indonesia akan menjadi sasaran empuk bagi lembaga pendidikan tinggi dari negara-negara ASEAN lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024