Bantul sasar lima pasar produksi pupuk kompos

id pupuk kompos

Bantul sasar lima pasar produksi pupuk kompos

ilustrasi pupuk organik (sriwahyono.blogspot.com)

Bantul (Antara Jogja) - Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, hingga tahun 2015 telah menyasar lima pasar tradisional di daerah ini dalam pengolahan sampah sisa-sisa sayuran menjadi pupuk kompos untuk pertanian.

"Tahun kemarin (2014) pengolahan sampah pasar menjadi kompos sudah dilakukan di empat pasar, tahun ini kami tambah menjadi lima pasar," kata Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Bantul, Eddy Susanto Selasa.

Menurut dia, lima pasar tradisional tersebut, antara lain Pasar Piyungan, Pasar Imogiri, Pasar Jejeran, dan Pasar Niten, kemudian Pasar Pijenen atau lokasi baru dalam produksi pupuk kompos untuk diimanfaatkan petani mengembangkan lahan pertanian.

"Program ini sudah dilakukan sejak tahun 2013 dan terus ditingkatkan dalam rangka penilaian untuk mendapatkan penghargaan Adipura, kebetulan Pasar Niten dan Jejeran masuk titik pantai tim Adipura," katanya.

Ia menargetkan produksi kompos yang dihasilkan tiap pasar selama tahun ini minimal bisa mencapai satu ton untuk Pasar Jejeran dan Imogiri, sementara produksi kompos di tiga pasar lainnya sekitar setengah ton.

"Pengolahan sampah pasar ini juga untuk mengurangi beban sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Piyungan, karena hasilnya (kompos) dipakai petani, untuk pengolahan sampah juga dilakukan di sekitar pasar," katanya.

Saat ini, kata dia petani yang sudah memanfaatkan pupuk kompos olahan sampah pasar ini di antaranya petani jagung di Bulak Karang, Desa Wijirejo Bantul, bahkan petani setempat telah menikmati hasil panen tanaman palawija tersebut.

"Biasanya tanaman jagung menggunakan pupuk urea, namun jagung di Bulak Karang menggunakan pupuk kompos olahan sampah pasar sisa sayur-sayuran dan buah-buahan dan pupuk kompos ini malah lebih bagus dan tidak berbahaya," katanya.

Pihaknya berharap, pemanfaatan pupuk kompos oleh petani jagung di Bulak Karang bisa diikuti petani lainnya, sehingga pemakaian pupuk urea yang selama ini kurang baik bisa diganti dengan pupuk kompos yang lebih bersahabat.

(KR-HRI)