Petani berharap pemerintah tidak gelar operasi pasar

id operasi

Petani berharap pemerintah tidak gelar operasi pasar

ilustrasi (Foto)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Petani Desa Tanjungharjo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berharap pemerintah pusat tidak menggelar operasi pasar secara terus menerus untuk menekan harga beras di pasaran.

Salah satu petani Tanjungharjo Tukimin di Kulon Progo, Rabu, mengataka, operasi beras akan menurunkan pendapatan petani.

"Saat ini, harga beras melonjak hingga Rp10 ribu per kilogram. Menurut kami sebagai petani, harga ini sangat wajar. Kalau pemerintah berusaha menekan harga, kami tidak setuju," kata Tukimin.

Menurut dia, kalau pemerintah ingin mengangkat kesejahteraan petani, harga beras Rp10 ribu per kg di pasaran harus dipertahankan. Kalau harga beras di pasaran di bawah Rp10 ribu, petani tidak mendapat keuntungan.

"Harga beras di pasaran diimbangi dengan naiknya harga gabah di tingkat petani. Kami berharap, pemerintah mempertahankan harga beras ini," katanya.

Hal senada dikatakan anggota Kelompok Tani Amrih Makmur Nanggulan Suryono, bahwa harga gabah ditingkat petani cukup membanggakan, sehingga bisa menyisihkan sebagian hasilnya untuk ditabung.

Saat ini, harga gabah kering giling (gkg) di tingkat petani sebesar Rp530 ribu per kuintal atau Rp5.300 per kg. Harga beras di tingkat pengecer Rp10 ribu - Rp11 ribu per kg.

"Harga ini masih wajar. Hal ini, sebanding dengan biaya tanam hingga panen yang dikeluarkan petani. Berdasarkan perhitungan petani, ongkos kerja naik yakni 1/1000 meter awalnya Rp90 ribu naik menjadi Rp120 ribu. Biaya ini harus dikeluarkan untuk membayar traktor atau buruh tanam," katanya.

Ia mengatakan harga gabah dan beras bisa turun, setelah petani Purworejo (Jawa Tengah) memasuki masa panen. Petani disana, menjual harga gabah dan beras murah. Selain lahannya yang luas, biaya produksi masih murah.

"Harga gabah dan beras di Kulon Progo tidak bisa bersaing dengan Purworejo. Kami berharap, harga gabah dan beras bertahan tinggi," katanya.
KR-STR
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024