Peneliti: integrasi pengelolaan sungai perlu diperkuat

id sungai

Peneliti: integrasi pengelolaan sungai perlu diperkuat

Ilustrasi membersihkan sungai (Foto antarafoto.com)

Jogja (Antara Jogja) - Integrasi pengelolaan sungai dan fragmentasi koordinasi antarlembaga perlu diperkuat untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai, kata peneliti Universitas Gadjah Mada Sri Puji Saraswati.

"Kerusakan perairan sungai di Indonesia terjadi karena tekanan penggunaan yang berlebih, sementara pengelolaan sungai dilakukan secara parsial dan sektoral," katanya di Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, kepunahan ikan sidat di Kali Progo, kematian ribuan ikan di Kali Surabaya pada Novemver 2013, di Krueng Teunom pada Agustus 2014, dan di Sungai Pangkajane pada November 2014 merupakan contoh dampak pengelolaan sungai yang masih parsial tersebut.

"Kondisi itu terkadang masih diperparah dengan adanya peraturan di tingkat kebijakan dan pelaksanaan teknis yang tidak selaras," kata dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM itu.

Ia mengatakan prinsip konservasi oleh para ahli lingkungan cenderung mengarah pada preservasi berlebih, sehingga sungai tidak boleh dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Sementara dari kaca mata pemanfaatan air, pengelola sungai cenderung menggolongkan sungai berdasar peruntukannya seperti untuk air baku air minum, air irigasi, dan air industri.

"Saat ini lebih komprehensif karena pendekatannya dengan ekohidraulik yang berprinsip pada vitalisme lingkungan dengan menekankan harmoni antara pemanfaatan untuk kemaslahatan manusia dan menjaga lingkungan lestari," katanya.

Menurut dia, untuk mendukung pendekatan ekohidraulik, kesehatan sungai harus dipantau secara rutin. Pemantauan perairan sungai umumnya dilakukan dengan mengukur parameter kimia, fisika, dan bakteriologi air sungai.

Selain itu diperlukan indeks kualitas air (IKA) yang komprehensif untuk menggambarkan kesehatan perairan sungai agar pemantauan secara baku dapat dilakukan.

"Melalui penelitian selama lebih dari lima tahun di perairan Sungai Gajah Wong, saya berhasil mengembangkan indeks kualitas air sungai (IKAS) yang didasarkan pada sejumlah parameter kualitas air yang relatif sedikit menjadi indeks tunggal kesehatan perairan sungai," katanya.

Menurut dia, dari 34 kualitas air yang dipantau dalam program air bersih, dipilih 18 yang paling lengkap dan sahih datanya.

Selain IKAS, peneliti juga mengembangkan indeks biomonitoring ex-situ untuk mengukur tingkat toksisitas air sungai. Analisis itu menggunakan teknik "aquatic organism environmental diagnostic" yang telah diadaptasi untuk diterapkan di Indonesia.

"Dua metode itu saling melengkapi dalam menentukan kesehatan sungai. Melalui IKAS yang komprehensif ini pengendalian air di sumber polusi dan pengelolaan kualitas air sungai bagi kesehatan biota air dapat dilakukan dengan lebih baik," katanya.

(B015)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024