Washington (Antara/Xinhua Jogja) - Risiko-risiko stabilitas keuangan telah meningkat di tengah pemulihan ekonomi global yang moderat dan tidak merata, dan lebih sulit untuk menilai serta mengatasinya setelah mereka berotasi ke bagian-bagian sistem keuangan, IMF memperingatkan, Rabu.
"Pertumbuhan dan kebijakan moneter yang berbeda telah meningkatkan ketegangan di pasar keuangan global dan menyebabkan pergerakan cepat dan fluktuatif dalam nilai tukar dan suku bunga selama enam bulan terakhir," Jose Vinals, direktur departemen moneter dan pasar modal Dana Moneter Internasional, mengatakan pada konferensi pers tentang rilis terbaru Laporan Stabilitas Keuangan Global.
"Risiko-risiko juga berotasi -- menjauh dari bank-bank ke bayangan bank-bank, dari solvabilitas ke risiko likuiditas pasar, dan dari negara maju ke negara berkembang," kata Vinals, menambahkan bahwa lima tantangan utama harus ditangani dengan benar untuk menjaga stabilitas keuangan global.
Tantangan pertama adalah meningkatkan traksi kebijakan moneter di negara maju, sambil mengelola efek samping yang tidak diinginkan dari suku bunga rendah. "Tindakan bank sentral harus dilengkapi dengan kebijakan lain, jika kebijakan moneter tidak dapat sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan mereka," kata Vinals. "Apa yang dibutuhkan adalah 'QE ditambah kebijakan lain'."
Bank Sentral Eropa (ECB) dan bank sentral Jepang, Bank of Japan (BoJ), telah meluncurkan program pelonggaran kuantitatif berani untuk melawan tekanan disinflasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi, tetapi langkah-langkah ini tidak mungkin berhasil dan bisa menimbulkan tantangan bagi pasar keuangan kecuali mereka didukung oleh reformasi struktural dan upaya untuk mengatasi kredit bermasalah, IMF mengatakan dalam laporan.
IMF memperingatkan Federal Reserve, bank sentral AS, dampak kenaikan suku bunga pertama, memprediksi kenaikan suku bunga sejak krisis keuangan dapat memicu gejolak pasar keuangan dan mendorong imbal hasil obligasi naik tajam.
"Kenaikan tiba-tiba 100 basis poin dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun cukup dibayangkan karena kenaikan suku bunga Fed tampak lebih dekat," kata IMF. "Pergeseran sebesar ini dapat menghasilkan guncangan negatif global, terutama di pasar negara-negara berkembang."
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek mendekati nol sejak Desember 2008. Banyak ekonom memperkirakan bank sentral AS akan mulai menaikkan suku bunganya pada September sepanjang ekonomi dan pasar tenaga kerja Amerika terus membaik.
Tantangan lainnya termasuk menjaga stabilitas di pasar negara berkembang, menghadapi risiko geopolitik, mengelola ilusi likuiditas pasar, dan membatasi ekses keuangan akibat kebijakan moneter yang luar biasa longgar.
"Langkah-langkah kebijakan tambahan -- di luar kebijakan moneter -- sangat penting untuk membuat pintu keluar yang tahan lama dari krisis keuangan global dan menjaga stabilitas keuangan," kata Vinals. "Traksi kebijakan moneter harus ditingkatkan dengan reformasi komplementer dan ekses keuangan perlu diatasi."
A026
Berita Lainnya
AI berdampak 40 persen pekerjaan di dunia
Rabu, 3 April 2024 12:27 Wib
Opsi "Satu China, Satu Taiwan" ditolak Beijing
Rabu, 17 Januari 2024 1:05 Wib
Pemerintah siapkan paket kebijakan jaga pertumbuhan ekonomi
Selasa, 24 Oktober 2023 7:13 Wib
Ketahanan ekonomi ASEAN diapresiasi Bank Dunia dan IMF
Rabu, 6 September 2023 6:46 Wib
Negara berkembang dihantam apresiasi dolar AS
Kamis, 20 Juli 2023 7:10 Wib
Pertumbuhan ekonomi Indonesia jauh di atas rata-rata, beber IMF
Minggu, 21 Mei 2023 6:59 Wib
IMF minta kebijakan fiskal diiperketat
Jumat, 14 April 2023 6:44 Wib
Ekonomi Indonesia 2023 tumbuh 5,04 persen
Kamis, 13 April 2023 7:02 Wib