Menko bangga rumput laut masuk rapat kabinet

id rumput laut

Menko bangga rumput laut masuk rapat kabinet

ilustrasi rumput laut (Foto antaranews.com)

Jakarta (Antara Jogja) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo menyatakan bangga karena komoditas rumput laut yang merupakan andalan sektor kelautan dan perikanan Indonesia dapat dibahas secara khusus dalam rapat kabinet.

"Untuk pertama kali rumput laut masuk sidang kabinet," kata Indroyono Soesilo dalam diskusi publik "Membangun Perikanan Pasca-UU No 23 Tahun 2014" yang digelar Ikatan Sejarah Perikanan Indonesia (Ispikani) di Jakarta, Sabtu.

Menko Maritim memaparkan dari target perikanan budi daya sebesar 31 juta ton pada 2015, sebanyak 21 juta ton di antaranya berasal dari rumput laut.

Namun Indroyono mengingatkan bahwa 21 juta ton itu perhitungan rumput laut basah, dan biasanya bobotnya berkurang menjadi sekitar 10 persen bila telah dijadikan rumput laut kering.

Untuk itu, ujar dia, juga harus dipastikan bahwa pembudidaya rumput laut yang ditargetkan memproduksi hingga sekitar 2 juta ton rumput kering, apakah telah memiliki akses dan siap untuk diserap pasar dunia.

Ia mengungkapkan bahwa dalam kunjungannya bersama-sama Presiden Joko Widodo ke dalam salah satu pabrik pengolah komoditas kelautan dan perikanan, ditemukan bahwa hanya dibutuhkan stok 30 ribu ton rumput laut per tahun.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga menyatakan budi daya rumput laut harus terus ditingkatkan, baik secara kualitas maupun kuantitas, karena dapat menjadi sumber devisa bagi penggerak perekonomian nasional.

"Kualitas dan kuantitas produksi rumput laut akan selalu kita tingkatkan dan mendukung laut sebagai halaman depan kita, sebagai masa depan kita dan sebagai sumber devisa untuk menggerakkan perekonomian bangsa," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto.

Menurut dia, rumput laut merupakan salah satu komoditas utama perikanan budi daya yang menjadi andalan dalam peningkatan produksi, meningkatkan perekonomian daerah, dan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Dia menjelaskan ada tujuh jurus agar budi daya rumput laut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan.

"Pertama adalah mengunakan bibit dari tallus yang terbaik. Kedua, disiplin panen pada usia 40-45 hari, kemudian ketiga tidak menggunakan pupuk/probiotik/bahan pemacu pertumbuhan," katanya.

Selanjutnya, ujar dia, mengupayakan mencari kawasan budi daya yang baru untuk rotasi penanaman, dan kelima harus menjaga lingkungan pantai dari sampah.

Selain itu, katanya, tidak menjemur rumput laut di pasir dan dijaga dari bahan-bahan yang menempel lainnya, sedangkan yang terakhir segera menutup rumput laut yang sedang dijemur dengan plastik/terpal jika turun hujan.

"Dengan menerapkan jurus ini, budi daya rumput laut akan berhasil dan berlanjut untuk mendukung peningkatan produksi dan kualitasnya," kata Slamet.

Menurut Dirjen Budidaya KKP, budi daya rumput laut juga dapat menjadi salah satu solusi dalam menanggulangi dampak diberlakukannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 Tahun 2015 terkait dengan Pelarangan Penangkapan Kepiting, Rajungan, dan Lobster dalam kondisi tertentu.

Dengan demikian, katanya, budi daya rumput laut dapat dijadikan usaha alternatif atau pekerjaan sampingan bagi nelayan penangkap kepiting dan benih lobster di berbagai daerah.

"Alokasi anggaran pengembangan kebun bibit rumput laut sebesar Rp1,46 milyar. Ini akan ditempatkan di sentra-sentra penangkapan kepiting dan benih lobster," katanya.
M040
Pewarta :
Editor: Nusarina Yuliastuti
COPYRIGHT © ANTARA 2024