Bantul belum mendapat sosialisasi penghapusan premium

id premium

Bantul belum mendapat sosialisasi penghapusan premium

Ilustrasi premium (antarafoto.com)

Bantul (Antara Jogja) - Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, belum mendapat sosialisasi dari otoritas terkait mengenai wacana penghapusan premium di kota-kota besar oleh pemerintah.

"Wacana (penghapusan premium) yang dilontarkan pemerintah kan untuk kota-kota besar, nah sampai saat baik dari Pertamina maupun pemerintah belum ada sosialisasi detailnya seperti apa," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Bantul Sulistyanto di Bantul, Senin.

Menurut dia, pemerintah memang berencana menghapus penjualan premium di kota-kota besar mulai Mei 2015, bahan bakar minyak (BBM) jenis ini akan diganti dengan produk Pertamina lain yang angka oktannya lebih tinggi yakni Pertalite.

"Itu (penjualan pertalite) kan hanya untuk kota-kota besar, dan Bantul apakah masuk kategori kota besar atau bukan belum ada informasi dari pemerintah, begitu juga apakah itu hanya berlaku di Jakarta dan sekitarnya, kami belum tahu," katanya.

Namun demikian, jika nantinya Kabupaten Bantul ditunjuk menjadi salah satu wilayah yang diharuskan menggunakan BBM jenis baru tersebut, ia mengatakan, pihaknya siap karena kebijakan itu merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan.

Ia mengatakan, jika diberlakukan nantinya premium hanya akan dijual di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang ada dijalur transportasi umum, sementara SPBU dalam kota tidak menjual premium karena diganti dengan pertalite.

"Di Bantul, dari total 21 SPBU, hanya ada satu yang akan menjual pertalite jika nantinya benar-benar ditunjuk, yakni SPBU Gose, karena memang hanya satu tersebut yang ada di dalam kota, sementara yang lainnya tidak," katanya.

Sulistyanto juga mengatakan, jika nantinya diberlakukan pihaknya berharap harga BBM jenis baru tersebut dijual dengan harga yang tidak jauh berbeda dari premium yang saat ini pada kisaran Rp7.400 per liter.

"Dari sisi harga tolong selisih harganya jangan terlalu dekat dengan pertamax, namun tidak jauh dari premium, agar tetap bisa membantu masyarakat, karena tentu akan berpengaruh pada biaya distribusi," katanya.

(KR-HRI)