Petani Kulon Progo keluhkan bantuan bibit kakao

id kakao

Petani Kulon Progo keluhkan bantuan bibit kakao

Ilustrasi, Seorang petani mengambil buah kakao yang membusuk sebelum di panen. (Foto ANTARA/Irwansyah Putra)

Kulon Progo (Antara Jogja) - Kelompok tani di Desa Banjaroya, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarya, mengeluhkan bantuan bibit kakao dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY.

Kepala Desa Banjaroya Anton Supriyono di Kulon Progo, Jumat, mengatakan ada empat dusun di Desa Banjaroya yang dijadikan proyek tanaman kakao, yakni Pantok Wetan, Pantok Kulon, Slanden, dan Beneran.

"Kelompok tani di empat dusun ini kecewa, bantuan bibit kakao tidak sesuai harapan mereka. Bibit kakao yang sudah ditanam pada awal Januari 2015 banyak yang mati," kata Anton.

Menurut dia, bibit kakao yang ditanam petani masih kecil, dan rentan kematian. Padahal, petani sudah menebangi kakao, dan tanaman lainnya sudah tua.

"Sejak awal petani berharap pembibitan dilakukan sendiri secara padat karya. Tapi, kami sangat menyesal, proyek untuk petani masih untuk proyek," katanya.

Sekretaris Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertan) Kulon Progo Muhammad Aris Nugroho mengatakan pihaknya akan mengecek ke lapangan atas keluhan petani kakao di Kalibawang.

Namun demikian, kata Aris, produksi kakao mencapai 1.043,86 ton dengan luas tanam 2.345,7 hektare.

Pusat kakao yakni Kokap seluas 800,02 hektare, Kalibawang 754,45 hektare, dan Girimulyo seluas 471,95 hektare.

"Program pascapanen kami laksanakan pelatihan dan bimbingan teknis terkait pengolahan kakao yang memiliki kualitas Standar Nasional Indonesia (SNI)," kata Aris.

Dia mengatakan kualitas kakao di Kulon Progo mayoritas masuk dalam golongan C dan B. Golongan B dengan 101 hingga 110 biji per 100 gram, dan golongan C antara 111 hingga 120 biji per 100 gram.

"Masyarakat Kulon Progo mayoritas menanam kakao jenis Lindak. Ke depannya, Dispertan Kulon Progo akan mengembangkan Tecnologi Somatic Embriogenesis (SE) Kakao yang merupakan produk unggulan nasional," katanya.

Produksi kakao Kulon Progo, kata dia, masih sebatas sebagai bahan baku industri, sehingga harga di tingkat petani masih rendah.

"Untuk menaikkan nilai jual produk kakao, Dispertan Kulon Progo mengimbau petani melakukan vermentasi kakao pascapanen. Saat ini, petani menjual kakao kering dengan harga murah," kata Aris.

(KR-STR)