Yogyakarta, (Antara Jogja) - Jaringan Perempuan Yogyakarta mendorong Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta kembali meningkatkan rasa kepedulian masyarakat Yogyakarta untuk melindungi sesama khususnya kaum perempuan.
Hal itu disampaikan Jaringan Perempuan Yogyakarta bersama berbagai elemen lain yakni Jaringan Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (JPPRT), Perempuan Mahardika, serta One Billion Rising Yogyakarta di Kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta, Selasa.
"Yogyakarta yang katanya istimewa, sampai saat ini masih darurat kekerasan perempuan," kata aktivis Jaringan Perempuan Yogyakarta (JPY) Sukiratnasari.
Menurut dia, Pemerintah Daerah dan masyarakat Yogyakarta secara umum memiliki tanggung jawab atas berbagai peristiwa kekerasan yang terhadap perempuan menyebabkan kematian beberapa pekan ini.
Peristiwa itu, ia menyebutkan, antara lain adanya mahasiswi perguruan tinggi negeri berinisial E di Yogyakarta yang pada 28 April 2015 ditemukan telah meninggal dunia karena melahirkan secara mandiri di kamar indekosnya.
Selanjutnya, pada 2 Mei 2015, kembali terjadi tragedi yang menimpa seorang perempuan berinisial EM yang diduga akibat tindakan kekerasan di rumah kontrakannya di wilayah Janti, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Dia menilai, munculnya berbagai tragedi kekerasan yang menimpa akhir-akhir ini lebih banyak diakibatkan oleh rasa tenggang rasa, serta kepedulian masyarakat Yogyakarta yang cenderung berkurang.
"Oleh sebab itu kami berharap masyarakat dapat menghidupkan kembali rasa melindungi dan menghormati sesama warga," kata dia.
Peristiwa serupa, menurut dia, tidak akan terulang apabila masyarakat memiliki inisiatif untuk mengingatkan atau mengawasi berbagai aktivitas di sekitarnya.
Sementara itu, aktivis One Billion Rising Yogyakarta Tia Setiyani menilai merosotnya rasa saling peduli banyak dipicu oleh arus globalisasi yang ditandai dengan maraknya pembangunan bangunan komersial di Yogyakarta.
Fenomena itu, menurut dia, secara tidak langsung namun terus menerus mengakibatkan tumbuhnya rasa individualisme masyarakat. "Sehingga menjadi hilang rasa, rasa guyup yang dulu ada, sekarang memudar," kata dia.***2***
(L007)
Berita Lainnya
Pentahelix, pendekatan wadahi partisipasi perempuan Indonesia
Rabu, 17 April 2024 10:58 Wib
PT Pertamina membebastugaskan pegawai viral ludahi perempuan
Senin, 8 April 2024 11:41 Wib
Menoupose penyebab perempuan cepat alami osteoporosis
Jumat, 5 April 2024 5:24 Wib
Kowani minta masyarakat tingkatkan kesalehan sosial di Indonesia
Senin, 1 April 2024 8:18 Wib
Hati-hati, anak cewek rentan alami gangguan dismorfik tubuh
Senin, 1 April 2024 7:41 Wib
Kelompok Pekka Nelayan edukasi-berdayakan perempuan Indonesia
Minggu, 31 Maret 2024 6:02 Wib
Kiprah perempuan Indonesia di dunia politik harus meningkat
Minggu, 31 Maret 2024 5:21 Wib
Perempuan Indonesia berperan mitigasi perubahan iklim
Minggu, 31 Maret 2024 4:26 Wib