TNGM ubah pendakian Merapi menjadi wisata khusus

id merapi

TNGM  ubah pendakian Merapi menjadi wisata khusus

Gunung Merapi (Foto Antara/Sigit Kurniawan)

Sleman (Antara Jogja) - Taman Nasional Gunung Merapi dalam mengelola jalur pendakian mulai mengubah kawasan gunung ini menjadi laboratorium alam untuk wisata khusus keanekaragaman hayati.

"Dengan konsep lebih mengunggulkan keanekaragaman hayatinya, diharapkan akan lebih menyentuh pengunjung agar lebih mencintai alam dari pada harus mendaki sampai puncak Merapi," kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Tri Atmojo, Minggu.

Menurut dia, sudah menjadi tugas TNGM dalam melakukan pengelolaan jalur pendakian, selain menjaga ekosistem yang ada.

Dalam lima tahun ke depan, pihaknya mematok target menjadikan Merapi sebagai laboratorium alam.

"Target jangka pendeknya kami akan menjadikan Merapi lebih ke wisata minat khusus untuk laboratorium alam," katanya.

Ia mengatakan pihaknya akan membuatkan suatu spot-spot khusus bagi wisatawan atau pendaki yang datang. Misalnya, nantinya ada satu tempat yang digunakan untuk memantau keberadaan satwa Elang Jawa. Burung ini menjadi ikon kawasan lereng Merapi.

"Kami tidak bisa melarang orang mendaki gunung, karena suatu kecintaannya terhadap alam. Jadi, nantinya akan dibuatkan suatu spot. Seperti yang ada di antara Merapi dan Gunung Merbabu, ada suatu titik yang ditempati burung-burung migran. Itu bisa dijadikan salah satu spot nanti," katanya.

Dengan demikian, menurut dia, pengunjung akan memahami kekayaan alam yang ada di kawasan Merapi. "Sebab, memahami ekosistem alam jauh lebih penting," katanya.

Tri Atmojo mengatakan semakin ditingkatkannya pengelolaan jalur pendakian Merapi, diharapkan tidak ada lagi yang pergi sampai ke puncak gunung itu.

"Jalur pendakian sudah kembali kami buka mulai 16 Juni lalu. Namun, pendakian Merapi juga ada aturannya, tidak boleh sampai ke puncak. Karena kondisinya yang berbeda, berbahaya usai terjadinya erupsi pada 2010," katanya.

Ia mengatakan dengan dibukanya jalur pendakian melalui Selo, Kabupaten Boyolali (Jawa Tengah), maka sudah dipersiapkan berbagai upaya antisipasi agar tidak ada lagi pendaki yang melanggar aturan.

"Akses CCTV milik BPPTKG Yogyakarta juga sudah bisa kami akses. Jadi, nanti ketahuan pendaki yang nekat sampai ke puncak," katanya.

Menurut dia, ketika nanti ada yang kedapatan mendaki sampai ke puncak, maka yang bersangkutan akan diamankan petugas.

"Pendaki itu akan diberi sanksi, dari yang ringan hingga berat. Saat turun, bisa kami lihat orangnya yang mana. Ciri-cirinya mungkin dari jaket atau pakaian yang dipakai," katanya.

Kepala TNGM Edy Sutiyarto mengatakan dalam pengelolaan jalur pendakian, pihaknya juga sudah bekerja sama dengan tim "Search and Rescue" (SAR) dari Boyolali, yaitu Barameru. "Jadi, nanti ada kontrol bagi mereka (calon pendaki), tentang kelengkapannya, apa yang boleh maupun tidak boleh dibawa," katanya.

(V001)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024