Ekspor kerajinan serat alam Bantul menurun

id serat alam

Ekspor kerajinan serat alam Bantul menurun

Ilustrasi (Foto Istimewa)

Bantul (Antara Jogja) - Ekspor kerajinan berbahan dasar serat alam produk industri rumahan asal pedukuhan Bangeran, Desa Sabdodadi, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, ke beberapa negara di Eropa mengalami penurunan sejak setahun terakhir.

"Dari awal 2015 sampai sekarang ini ekspor kerajinan serat alam cenderung sepi, bahkan untuk tujuan negara-negara di Eropa tahun ini tidak ada," kata perajin serat alam dan vinyl Desa Sabdodadi `Syifa Handicraft` Hartono di Bantul, Rabu.

Menurut dia, berbagai barang kerajinan serat alam yang dikombinasikan dengan kulit vinyl produksi industri rumahannya di antaranya tempat tisu, nampan, tempat perhiasan, tempat parsel (bingkisan hari raya), tempat toples dan aneka tas.

Ia mengatakan, sebelumnya berbagai kerajinan serat alami produksinya diekspor ke negara-negara Eropa seperti Belanda dan Perancis, meskipun transaksinya dilakukan melalui perusahaan perantara ekspor di luar daerah.

"Mungkin karena pengaruh (kurs) dolar (terhadap rupiah) yang naik turun, selain itu pembeli sekarang ini sudah mulai mencari produk yang ramah lingkungan, sehingga harus lolos uji dari negara yang bersangkutan," kata Hartono.

Meski demikian, pihaknya mengaku, ekspor kerajinan serat alam ke beberapa negara di Asia masih jalan, bahkan dirinya sudah mempunyai pelanggan di Singapura dan Malaysia yang setiap bulan meminta untuk dikirimkan.

"Kemarin ada dari Malaysia sekitar sebulan lalu, kemudian dari Australia juga ada, kalau ke Singapura jalan terus karena sudah langganan lama," kata Hartono yang kini mempekerjakan 15 orang dari warga sekitar Bantul.

Ia yang menggeluti usaha sejak 1993 tersebut sampai saat ini bisa memproduki sekitar 2.000 sampai 3.000 buah kerajinan per bulan yang dijual dengan harga terendah mulai dari Rp50.000 sampai Rp300.000 per buah tergantung ukuran dan tingkat kesulitan.

"Sekitar 50 persen produk kerajinan serat alam diekspor, kemudian sisanya dikirim ke berbagai daerah di Indonesia, kalau untuk pasar domestik hampir seluruh kota-kota besar di Tanah Air masuk, meskipun volumenya berbeda-beda," katanya.

(KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024