Budaya Satriya diharapkan perkuat OPD Sleman

id budaya satriya diharapkan

Budaya Satriya diharapkan perkuat OPD Sleman

Kabupaten Sleman (Foto Istimewa)

Sleman (Antara Jogja) - Budaya pemerintahan "Satriya" yang telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta diharapkan semakin memperkuat budaya organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman.

"Budaya organisasi atau prinsip keyakinan baik dan benar merupakan sesuatu yang harus dimiliki setiap individu dalam institusi," kata Bupati Sleman Sri Purnomo dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Sekda Bidang Administrasi Djoko Handoyo pada Sosialisasi dan Internalisasi Budaya Pemerintahan SATRIA di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Sleman, Rabu.

Menurut dia, pemerintahan yang baik (Good Governance) menuntut para penyelenggara pemerintahan atau para aparatur memiliki daya tanggap, akuntabilitas, profesionalisme kerja, serta mampu memberikan pelayanan yang prima.

"Mewujudkan kondisi aparatur yang demikian, memerlukan budaya organisasi yang baik, dalam arti tata nilai dan kerangka kerja yang benar-benar menjadi pedoman tingkah laku sehari-hari setiap aparatur," katanya.

Ia mengatakan, budaya "Satriya" merupakan nilai-nilai budaya lokal asli masyarakat Yogyakarta, dan telah lama menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Yogyakarta.

Nilai-nilai ini sangat strategis bagi peningkatan kinerja aparatur guna semakin mewujudkan tata pemerintahan yang baik di Pemerintahan Kabupaten Sleman.

"Namun demikian memahami dan mengimplementasikan budaya organisasi bukanlah perkara mudah, bahkan hal ini merupakan masalah yang mendasar. Perlu waktu, agar budaya pemerintahan ini mampu mendasari pola-pikir, menjadi karakter, sikap dan perilaku setiap aparatur. Kegiatan sosialisasi ini diharapkan segera diikuti dengan proses sosialisasi dan internalisasi yang kontinyu dan konsekuen," katanya.

Sosialisasi dan Internalisasi Budaya Pemerintahan "Satriya" menghadirkan pembicara diantaranya RM Tirun Marwito atau KRT Jatiningrat, Ir Yuwana Sri Suwita atau KRT Widya Anindita, dengan peserta dari staf ahli bupati, pimpinan SKPD, kepala bagian Setda dan kepala sekolah.

Budaya Pemerintahan SATRIYA yang telah ditetapkan dengan Peraturan Gubernur Nomor 72 Tahun 2008 tentang Budaya Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah bentuk komitmen Pemerintah Provinsi DIY dalam mencapai keberhasilan transformasi birokrasi yang berbasiskan pada nilai nilai kearifan lokal DIY, yaitu filosofi "hamemayu hayuning bawana" dan ajaran moral "sawiji, greget, sengguh ora mingkuh" serta dengan semangat "golong gilig".

"Hamemayu Hayuning Bawana" mengandung makna sebagai kewajiban melindungi, memelihara serta membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat daripada memenuhi ambisi pribadi. Dunia yang dimaksud mencakup seluruh peri kehidupan baik dalam skala kecil (keluarga), ataupun masyarakat dan lingkungan hidupnya, dengan mengutamakan darma bakti untuk kehidupan orang banyak, tidak mementingkan diri sendiri.

Deferensiasi atau turunan dari filosofi "Hamemayu Hayuning Bawana" dalam konteks aparatur dapat dijabarkan menjadi tiga aspek. Pertama, Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa (kelestarian dan keselamatan dunia ditentukan oleh kebijaksanaan manusia). Kedua, Darmaning Satriya Mahanani Rahayuning Nagara (pengabdian ksatria menyebabkan kesejahteraan dan ketentraman negara). Ketiga, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane (kesejahteraan dan ketentraman manusia terjadi karena kemanusiaannya).

Budaya Pemerintahan SATRIYA adalah merupakan nilai-nilai yang terkandung di dalam filsofi "Hamemayu Hayuning Bawana", dan "Satriya memiliki dua makna, yakni makna pertama, Satriya dimaknai sebagai watak ksatria. Watak ksatria adalah sikap memegang teguh ajaran moral, "sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh" (konsentrasi, semangat, percaya diri dengan rendah hati, dan bertanggung jawab). Semangat dimaksud adalah "golong gilig" yang artinya semangat persatuan kesatuan antara manusia dengan Tuhannya dan sesama manusia. Sifat atau watak inilah yang harus menjiwai seorang aparatur dalam menjalankan tugasnya.

Sedangkan makna kedua, "Satriya" sebagai singkatan dari Selaras, Akal budi Luhur, Teladan-keteladanan, Rela Melayani, Inovatif, Yakin dan percaya diri dan Ahli-profesional.

(V001)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024