UMKM Yogyakarta keluhkan kenaikan harga bahan baku

id dolar amerika

UMKM Yogyakarta keluhkan kenaikan harga bahan baku

Mata uang Dolar AS (antaranews.com)

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Yogyakarta mulai mengeluhkan kenaikan harga bahan baku, khususnya bahan dari pabrikan, akibat pengaruh melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"Dalam beberapa hari terakhir ada kenaikan harga bahan baku seperti lem dan vinyl. Kenaikannya cukup membuat perajin kesulitan menentukan harga produk yang sesuai," kata Ketua Forum Komunikasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kecamatan Danurejan Wibowo di Yogyakarta, Jumat.

Ia mencontohkan, lem yang semula Rp28.000 per kilogram (kg) kini menjadi Rp30.000 per kg, begitu juga vinyl yang semula Rp34.000 per meter menjadi Rp38.000 per meter.

Perajin, lanjut dia, tidak bisa menaikkan harga sembarangan karena produknya tidak akan laku dijual sehingga potensi rugi akan semakin besar.

Akibat kondisi perekonomian yang tidak menentu, Wibowo memperkirakan penurunan sekitar 10 persen dari keuntungan yang diperoleh perajin.

"Kerugian lebih besar justru dialami perajin yang memiliki kontrak dengan pembeli dari luar negeri dalam jangka waktu lama karena kontrak masih mengacu pada nilai Rp12.400 per dolar," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, perajin hanya bisa menunggu reaksi pasar hingga akhir September sebelum menentukan langkah selanjutnya. Pasar yang menjadi acuan perajin di Kota Yogyakarta adalah Malioboro dan Beringharjo karena sebagian besar perajin masih mengandalkan pasar lokal.

Jika daya beli masyarakat di Malioboro dan Beringharjo berkurang signifikan hingga akhir September, maka dimungkinkan perajin akan menghentikan sementara produksinya.

"Jika reaksi pasar tetap bagus, maka kami bisa melanjutkan produksi. Apalagi November dan Desember Yogyakarta dipadati wisatawan," kata Wibowo yang memproduksi berbagai barang souvenir itu.

Wibowo menyebut kondisi pada tahun ini hampir sama seperti kondisi saat krisis ekonomi global pada 1998 dan 2008.

"Kami bisa bertahan dengan berbagai upaya. Strategi yang kami terapkan pada saat krisis beberapa tahun lalu kembali diterapkan tahun ini," katanya.

Penjualan secara online, lanjut dia, menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan perajin agar tetap bertahan dari kondisi yang terjadi saat ini selain efisiensi bahan baku.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya UMKM Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Pertanian (Disperindagkoptan) Kota Yogyakarta Tri Karyadi Riyanto mengatakan, UMKM di Kota Yogyakarta belum begitu terpengaruh melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

"Usaha mikro justru lebih tahan terhadap perubahan kondisi ekonomi global karena mereka menggunakan bahan baku lokal," katanya.

Di Kota Yogyakarta tercatat sebanyak 22.916 UMKM dan 75 persen di antaranya bergerak di bidang kuliner, sisanya bergerak di berbagai bidang seperti fashion, kerajinan, dan jasa.

Sampai saat ini, lanjut dia, reaksi pasar tetap baik dan tidak ada penurunan permintaan sehingga usaha tetap bisa berjalan.

Sedangkan Kepala Disperindagkoptan Kota Yogyakarta Suyana mengatakan, upaya yang bisa dilakukan agar kondisi perekonomian global tidak berpengaruh pada UMKM adalah memperbanyak penggunaan bahan baku lokal.

"Kami terus meningkatkan kerja sama dengan berbagai daerah lain untuk menyediakan bahan baku kerajinan. Saat ini, sudah ada kerja sama dengan Tanjung Pinang untuk penyediaan kulit ikan pari sebagai bahan baku kerajinan," katanya. ***1***

(E013)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024