Produksi rokok perusahaan Bantul turun 20 persen

id produksi rokok perusahaan

Produksi rokok perusahaan Bantul turun 20 persen

Ilustrasi (Foto antaranews.com)

Bantul (Antara Jogja) - Perusahaan rokok sigaret kretek tangan PT Cahaya Mulya Persada di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengklaim mengalami penurunan produksi 20 persen karena dampak kenaikan tarif cukai rokok pada 2015.

"Dampak kenaikan cukai kemarin sangat terasa di kami (perusahaan), ada penurunan produksi secara bertahap, dan terakhir penurunan kapasitas hingga 20 persen per minggu," kata Bagian Sumber Daya Manusia (SDM) PT Cahaya Mulya Persada Giri Hendarto di Bantul, Jumat.

Pernyataan tersebut dikatakan Giri saat pihak perusahaan menerima kunjungan rombongan pejabat dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul di perusahaan yang terletak di pusat kabupaten tersebut.

Menurut dia, kenaikan tarif cukai rokok oleh pemerintah pusat secara otomatis membuat harga produk rokok tersebut naik, sehingga permintaan pasar menjadi berkurang karena menyesuaikan dengan kebutuhan minimarket.

Giri mengatakan, karena produksi rokok di perusahaan ini terus berkurang, maka sejak sebulan terakhir perusahaan melakukan pengurangan jam kerja dari sebelumnya tujuh jam menjadi enam jam setiap hari dari Senin-Jumat, sementara Sabtu tetap lima jam kerja.

Namun demikian, meski ada pengurangan jam kerja untuk seluruh buruh pabrik yang berjumlah 997 orang, pihaknya memastikan tidak ada pengurangan besaran UMK dan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada pekerja.

Giri mengatakan, perusahaan yang memproduksi rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) ini merupakan kelompok usaha produsen rokok ternama PT. HM Sampoerna, dan menurutnya di DIY terdapat beberapa perusahaan serupa.

Sementara itu, perwakilan dari PT. HM Sampoerna, Sigit Ari Wibowo mengatakan, produksi rokok dari seluruh anak usaha group PT HM Sampoerna di Yogyakarta mengalami penurunan sekitar 20 persen sejak tahun ini.

"Produksi rokok turun dari sebelumnya sebanyak 87 juta batang menjadi 68 juta batang, itu (penurunan) estimasi kami per minggu," katanya.

Sementara itu, Kepala Disperindagkop Bantul, Sulistyanto mengatakan, latar belakang pihaknya berkunjung ke perusahaan ini bukan karena masalah yang berkaitan dengan cukai rokok, akan tetapi pengaruh dari pelambatan ekonomi saat ini.

"Kemarin kami dapat info ada beberapa pabrik besar di Batam dan Jakarta sampai ada yang melakukan PHK, maknya kami apresiasi tidak ada PHK di perusahaan ini walaupun terjadi penurunan produksi 20 persen," katanya.

(KR-HRI)
Pewarta :
Editor: Masduki Attamami
COPYRIGHT © ANTARA 2024