"Saparan Bekakak" terbaik Festival Upacara Adat Sleman

id Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya sleman

"Saparan Bekakak" terbaik Festival Upacara Adat Sleman

Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi saat membuka Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya Sleman 2015. (Foto/ Dok Disbudpar Sleman)

Sleman, (Antara Jogja) - Upacara tradisi "Saparan Bekakak" yang ditampilkan Kecamatan Gamping berhasil meraih juara pertama atau penyaji terbaik pada Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya Tahun 2015.

Acara itu sendiri digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta selama dua hari, Sabtu (5/9) dan Minggu (6/9), di taman parkir Museum Gunungapi Merapi, Hargobinangun, Pakem.

"Tradisi `Saparan Bekakak` yang ditampilkan masyarakat Ambarketawang, Kecamatan Gamping ini berhasil meraih nilai tertinggi yakni 907, dan berhak menyandang sebagai penyaji terbaik sehingga berhak mendapatkan tropi dan uang pembinaan Rp6 juta," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Ayu Laksmidewi, Minggu.

Menurut dia, untuk penyaji terbaik kedua diraih upacara adat "Labuhan Merapi" dari Kecamatan Cangkringan dengan perolehan nilai 840, terbaik ketiga tradisi budaya "Saparan Kwangon" dari Kecamatan Godean dengan nilai 832, terbaik empat tradisi budaya "Tingkeban" dari Kecamatan Depok, dengan nilai 821, dan terbaik lima tradisi budaya "Merti Sendang Lojajar" dari Kecamatan Ngaglik dengan nilai 808.

"Selain mendapatkan tropi kontingen penyaji terbaik ini juga memperoleh uang pembinaan masing-masing terbaik pertama Rp6 juta, ke dua Rp5 juta, terbaik tiga Rp4juta, terbaik empat Rp3 juta dan terbaik lima Rp2 juta," katanya.

Tradisi "Saparan Bekakak" ini berupa penyembelihan "bekakak", yakni sepasang boneka temanten (pengantin Jawa) muda yang terbuat dari tepung ketan.

Tradisi ini dilaksanakan setahun sekali dalam bulan Sapar dalam Kalender Jawa. Tradisi ini terkait dengan tokoh Ki Wirasuta, satu dari tiga bersaudara dengan Ki Wirajamba, dan Ki Wiradana yang merupakan abdi dalem Hamengku Buwono I yang sangat dikasihi.

Ketika pembangunan Keraton Yogyakarta sedang berlangsung, para abdi dalem tinggal di pesanggrahan Ambarketawang kecuali Ki Wirasuta yang memilih tinggal di sebuah gua di Gunung Gamping. Pada bulan purnama, antara tanggal 10 dan 15, pada hari Jumat, terjadi musibah, Gunung Gamping longsor.

Ki Wirasuta dan keluarganya tertimpa longsoran dan dinyatakan hilang karena jasadnya tidak ditemukan. Hilangnya Ki Wirasuta dan keluarganya di Gunung Gamping ini menimbulkan keyakinan pada masyarakat sekitar bahwa jiwa dan arwah Ki Wirasuta tetap ada di Gunung Gamping.



Hormati kesetiaan



Upacara Saparan semula bertujuan untuk menghormati kesetiaan Ki Wirasuta dan Nyi Wirasuta kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I. Tapi kemudian berubah dan dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan bagi penduduk yang mengambil batu gamping agar terhindar dari bencana. Sebab, pengambilan batu gamping cukup sulit dan berbahaya.

Ia mengatakan, festival upacara adat ini diikuti 17 kecamatan se-Kabupaten Sleman masing-masing mengirimkan satu kontingen. Ke 17 kontingen perwakilan kecamatan se-Kabupaten Sleman tersebut masing-masing terdiri atas minimal 50 orang.

"Festival Upacara Adat dan Tradisi Budaya merupakan sebuah gelar kolosal tradisi unggulan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menjaga eksistensi budaya lokal yang adiluhung.

Selain itu juga dimaksudkan untuk penguatan nilai-nilai tradisi dan mewariskan nilai-nilai kearifan lokal kepada masyarakat khususnya generasi muda serta sebagai wahana apresiasi yang bermakna bagi para pelaku ritual upacara adat dan tradisi budaya serta masyarakat umum," katanya.

Ayu mengatakan, upacara adat dan tradisi budaya secara esensi menggambarkan keluhuran budi bagi masyarakat yang mengajarkan ketulusan, keikhlasan dan rasa syukur terhadap anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa.

"Hal ini penting untuk dilestarikan dan dikembangkan karena akan membentuk lingkungan masyarakat yang memiliki toleransi, kegotongroyongan dan rasa kebersamaan yang tinggi," katanya.

Ia mengatakan, melalui ajang ini diharapkan tumbuh kompetisi positif sehingga ke depan akan meningkatkan kualitas SDM pelaku ritual upacara adat dan tradisi budaya di wilayah Kabupaten Sleman.

"Diharapkan event ini juga sekaligus menjadi bentuk sajian pertunjukan atraksi budaya yang dapat mendukung dan menjadikan daya tarik tersendiri terhadap kepariwisataan di Kabupaten Sleman. Pada gilirannya melalui event ini akan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke wilayah Kabupaten Sleman," katanya.***4***

(V001)

Pewarta :
Editor: Victorianus Sat Pranyoto
COPYRIGHT © ANTARA 2024