Gumuk pasir Parangtritis menuju 'geomaritime Science Park' oleh Heri Sidik

id gumuk pasir

Gumuk pasir Parangtritis menuju 'geomaritime Science Park' oleh Heri Sidik

Gumuk pasir (Foto Istimewa) (istimewa)

Bantul (Antara) - Hamparan gumuk pasir Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, tampaknya akan menjadi kawasan konservasi yang perlu terus dijaga semua pihak, baik pemerintah, akademisi maupun masyarakat.

Hal ini menyusul diresmikannya Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park oleh Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Riset Dikti) Mohamad Nasir, 11 September 2015.

"Kawasan gumuk pasir aktif ini merupakan suatu geoheritage yang perlu terus dijaga semua pihak, dijaga tidak hanya untuk kepentingan kelestarian lingkungan, namun juga kepentingan riset, kegiatan ilmiah dan kepariwisataan," kata Menteri.

Menurut Menteri, gumuk pasir yang terbentuk secara alami dengan waktu ratusan tahun tersebut merupakan aset yang sangat berharga dan tidak ternilai bagi Indonesia, karena hanya satu-satunya di Indonesia dan beberapa kawasan di dunia.

Selain sebagai kawasan geoheritage, gumuk pasir yang ada di pantai selatan Bantul merupakan fenomena alam unik dan menarik, sehingga jika terus dilestarikan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.

Maka dari itu, menurut Menteri, di kawasan gumuk pasir yang telah berdiri Laboratorium Geospasial yang diresmikan sebagai Parangtritis Geomaritime Science Park itu harapannya dapat menunjang kelestarian gumuk pasir dan pusat kajian geospasial pesisir laut Indonesia.

"Keberadaan Parangtritis Geomaritime Science Park juga berfungsi sebagai pusat restorasi dan konservasi gumuk pasir sebagai sarana pendidikan dan penelitian, terutama akademisi, ilmuwan dan dunia perguruan tinggi," katanya.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X juga mengatakan, meminta kepada seluruh elemen masyarakat menjaga kelestarian gumuk pasir dan tidak mendirikan bangunan maupun kegiatan warga yang dapat merusak kawasan pesisir selatan Bantul ini.

"Saya titip bupati, camat dan lurah serta dukuh untuk ikut menjaga kawasan gumuk pasir, saya mohon dijaga dari kemungkinan-kemungkinan kerusakan akibat berdirinya permukiman, maupun tumbuhan atau kegiatan yang dapat mengganggu lingkungan," kata Gubernur DIY.

Dari total hamparan gumuk pasir seluas puluhan hektare, 15 hektare di antaranya telah ditetapkan sebagai zona inti konservasi oleh Pemda DIY bersama Badan Informasi Geospasial (BIG), sehingga kawasan zona inti harus bebas dari bangunan atau kegiatan masyarakat.

Oleh sebab itu, Sultan berharap ada kerja sama dengan Pemkab Bantul, kalau memang sudah ditentukan radius zona inti bisa membebaskan kawasan dari bangunan, tumbuhan termasuk kemungkinan adanya pohon-pohon untuk ditebang.

Sebab, menurut Sultan, dengan adanya tumbuhan maupun bangunan di kawasan gumuk pasir tersebut menjadikan gundukan-gundukan pasir tidak terbentuk lagi, karena suplai pasir berkurang akibat aktivitas yang tidak berizin itu.

"Selama tidak diganggu dengan bangunan dan tumbuhan dengan sendirinya gundukan akan tebentuk. Kami minta di zona ini jangan didirikan bangunan tumbuhan, supaya tidak mengubah arah angin yang membawa pasir," kata Sultan.



Untuk Sudi Kemaritiman

Menteri Riset dan Dikti, Mohamad Nasir mengatakan, Laboratorium Geospasial yang berdirinya tidak lepas dari hamparan gumuk pasir itu, maka fungsinya bisa menjadi lebih luas yang bisa berkaitan di sektor kelautan tersebut bahkan bisa jadi pusat studi tentang kemaritiman.

"Diharapkan tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi tentang gumuk pasir, namun juga berkaitan dengan kemaritiman," kata Menteri.

Menteri mengatakan, diresmikannya menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park ini baru tahap awal dalam pelestarian dan konservasi gumuk pasir, karena masih banyak yang harus dikerjakan para pemangku kepentingan terkait.

"Ini merupakan langkah awal untuk mengenalkan kepada masyarakat, bahwa apa itu gumuk pasir. Ke depan perlu kerja sama antara pihak terkait untuk mulai menata dan membersihkan kawasan gumuk pasir," kata Menteri.

Pihaknya juga berharap dengan menjadikan Laboratorium Geospasial sebagai Parangtritis Geomaritime Science Park mempunyai peran strategis dengan peluang pembangunan berwawasan spasial kepesisiran dan kelautan.

"Hal ini sesuai dengan nawacita yang salah satu cita-citanya menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia," kata Menteri Ristek dan Dikti.



Gumuk pasir Dukung Sektor Wariwisata

Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Priyadi Kardono mengatakan Laboratorium Geospasial di kawasan gumuk pasir Pantai Parangtritis, selain sebagai pusat studi riset tentang kepesisiran juga bisa mendukung pengembangan sektor pariwisata setempat.

"Laboratorium Geospasial ini tidak hanya sekadar laboratorium riset, namun juga untuk mendukung pariwisata," katanya.

Laboratorium Geospasial di kawasan gumuk pasir aktif yang dikelola BIG, Pemkab Bantul dan Fakultas Geografi UGM ini menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park merupakan program bersama dengan Menristek Dikti, karena melihat potensi gumuk pasir kawasan pantai selatan Bantul.

Priyadi mengatakan, laboratorium geospasial yang dibangun sejak 2002 ini juga menjadi daya tarik bagi pelajar akademisi yang ingin melakukan riset, termasuk wisatawan yang ingin mempelajari terbentuknya gumuk pasir.

"Setidaknya setiap tahun laboratorium geospasial telah dikunjungi tamu dan wisatawan sekitar 7.000 orang, sehingga dengan diresmikannya menjadi Parangtritis Geomaritime Science akan banyak yang mengunjungi," kata dia.

Deputi Bidang Informasi Geospasial Tematik BIG Nurwadjedi mengatakan, selain dukung pariwisata, gumuk pasir di Pantai Parangtritis ini bisa dikembangkan sebagai kawasan wisata penelitian dan pendidikan khususnya bidang kepesisiran dan kelautan.

Menurut dia, gumuk pasir dikembangkan menjadi kawasan wisata penelitian dan pendidikan karena merupakan salah satu warisan dunia yang hanya ada beberapa, dan proses pembentukan gundukan-gundukan pasir tersebut membutuhkan waktu lama.

"Di kawasan gumuk pasir sudah ada laboratorium alam untuk mempelajari bagaimana terbangunnya gumuk pasir, karena ini merupakan salah satu warisan dunia," kata dia.



Untuk penahan laju tsunami

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Dwikorita Karnawati mengatakan hamparan gumuk pasir Pantai Parangtritis sangat penting terutama bagi masyarakat pesisir karena merupakan suatu bentangan yang bisa menahan laju tsunami.

Dengan demikian, kata Rektor UGM, dengan melestarikan gumuk pasir dan melarang kegiatan yang merusak lingkungannya tidak hanya untuk kepentingan ilmuwan peneliti melainkan untuk alam yang bisa bermanfaat bagi semua masyarakat.

"Sehingga saya berharap gumuk pasir bukan sekadar bermanfaat bagi ilmuwan untuk penelitian dan ilmu pengetahuan, tetapi untuk melindungi kita, minimal bisa menahan dari tsunami Samudra Hindia," kata dia.

Rektor mengatakan, gumuk pasir merupakan fenomena yang langka, karena terbentuknya perlu waktu ratusan tahun yang prosesnya tidak lepas dari suplai pasir dari Gunung Merapi dan angin yang membawa pasir dari Samudra Hindia dan fenomena alam lainnya.

Oleh sebab itu, pihaknya berharap seluruh pihak terkait terutama masyarakat yang berada di kawasan pesisir Parangtritis bisa menjaga dari hal-hal yang bisa merusak fenomena alam yang juga salah satu warisan dunia ini.

"Kita tidak perlu cemas, asalkan berusaha menjaga kelestariannya. Kami juga berharap Kementerian Ristek dan Dikti bisa menjadikan suatu pengembangan sistem peringatan dini di pantai selatan DIY," kata dia.

(KR-HRI)