"Gladen Hageng Jemparingan" lestarikan seni memanah Mataraman

id jemparingan mataram

"Gladen Hageng Jemparingan" lestarikan seni memanah Mataraman

Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti dalam Gladen Hageng Jemparingan Mataraman. Foto ANTARA/Deni Priyatin/ags/15.

Yogyakarta, (Antara Jogja) - Sebanyak 197 pemanah dari berbagai wilayah memeriahkan "Gladen Hageng Jemparingan" yang digelar di halaman Balai Kota Yogyakarta, Minggu, sebagai salah satu upaya melestarikan seni memanah tradisional gaya Mataraman Yogyakarta.

"Melalui kegiatan ini, kami berharap agar Jemparingan Mataraman bisa makin eksis dan populer di tengah masyarakat luas dan banyak masyarakat yang kemudian tertarik mengikuti kegiatan ini," kata Ketua Panitia Gladen Hageng Jemparingan Jawi Gagrak Mataraman Suryadi di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, peserta kegiatan tersebut tidak hanya didominasi warga Kota Yogyakarta atau kabupaten lain di DIY, tetapi juga berasal dari berbagai wilayah, seperti Wonosobo, Cilacap, Pacitan, Solo, Karang Anyar, Kabupaten Semarang (Ungaran), dan Surabaya.

Seluruh peserta diwajibkan mengenakan pakaian tradisional dan harus mengikuti seluruh aturan yang berlaku dalam gaya memanah tradisional Mataraman, yaitu memanah dalam posisi duduk.

Setiap peserta memiliki empat kali kesempatan melesakkan anak panah ke sasaran yang berbentuk tabung dengan diameter 2,5 sentimeter dan panjang 15 cm. Pemanah dewasa memanah dari jarak 35 meter, sedangkan anak-anak dari jarak 20 meter.

"Panahan gaya tradisional Mataraman ini memiliki filosofi yang cukup tinggi. Tidak hanya sekadar melesakkan anak panah ke sasaran, tetapi juga harus disertai dengan olah rasa," katanya.

Pemenang putra dan putri dalam kegiatan tersebut akan memperoleh piala Wali Kota Yogyakarta dan uang pembinaan.

Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti yang membuka secara resmi kegiatan tersebut mengatakan bahwa kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya warisan leluhur, khususnya Jemparingan Mataraman, relatif cukup tinggi.

"Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pihak yang menyelenggarakan kegiatan serupa. Khusus untuk kegiatan kali ini, kami menilainya sebagai hadiah untuk ulang tahun ke-259 Kota Yogyakarta. Harapannya, kegiatan ini bisa digelar rutin menjelang ulang tahun kota," katanya.

Haryadi bahkan menawarkan usulan agar paguyuban Jemparingan Mataraman bisa memanfaatkan lapangan Balai Kota Yogyakarta sebagai tempat berlatih.

"Misalnya, `selapan` (35 hari) sekali berlatih di sini asalkan dilakukan secara rutin," katanya.

Jika dilakukan secara rutin dan terjadwal, lanjut Haryadi, kegiatan tersebut bisa dikembangkan menjadi salah satu atraksi wisata yang cukup menarik.

"Wisatawan atau masyarakat bisa belajar langsung dan mengerti filosofi Jemparingan Mataraman," katanya.

Di Kota Yogyakarta, menurut dia, setidaknya ada empat paguyuban Jemparingan Mataraman, di antaranya Dewondanu, Kemandungan, Langen Astro, dan Mardisoro.

Paguyuban Dewondanu memiliki 80 anggota dan sekitar 25 persen di antaranya adalah anak-anak.***4***

(E013)

Pewarta :
Editor: Agus Priyanto
COPYRIGHT © ANTARA 2024